Advertorial

Kesabaran dan Negosiasi Kunci Keberhasilan Bebaskan Sandera Tanpa Tumpahkan Darah Tapi Berisiko Tinggi

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Intisari-Online.com -Setiap pasukan khusus yang sedang melakukan latihan simulasi pembebasan tawanan yang disandera oleh para teroris memiliki doktrin khusus.

Yakni menjalankan latihan pertempuran jarak dekat semahir mungkin, mengendalikan emosi, mengenali sasaran sebagai sandera atau penyandera dalam hitungan detik, dan sebisa mungkin menghindari korban jiwa.

Latihan keras dan disiplin yang rutin dijalani oleh pasukan khusus adalah agar mereka siap melaksanakan tugas dalam situasi apapun dan kembali dari tugas dalam kondisi selamat.

Kunci sukses dalam operasi pembebabasan sandera terletak pada keberhasilan menyelamatkan korban sandera dalam kondisi selamat, pasukan yang bertugas membebaskan sandera juga dalam kondisi selamat, dan para teroris sebagai pelaku sandera bisa ditangkap hidup-hidup.

Baca juga:Kain Kafan Korban Kerusuhan di Mako Brimob Tak Boleh Dibuka, Bahkan oleh Keluarga

Penangkapan hidup-hidup para teroris perlu diprioritaskan agar kasus terus bisa dikembangkan dan diselidiki.

Tapi untuk bisa mencapai keberhasilan dalam misi operasi pembebasan sandera tanpa memakan korban jiwa dan tanpa letusan senjata itu, memang sangat sulit.

Butuh kesabaran dalam bentuk negosiasi dan teknik mengulur waktu yang profesional agar proses pembebasan sandera bisa berakhir tanpa ada jatuh korban jiwa.

Proses ‘mengulur waktu’ melalui negosiasi itu biasanya diterapkan ketika para sandera disekap dalam bangunan berupa gedung, kendaraan seperti bus dan pesawat, serta tempat-tempat tertutup lainnya.

Baca juga:Mission Impossible Agen CIA di Iran yang Sukses Membebaskan Sandera Dengan Modal Make Up Artis

Teknik mengulur waktu melalui negosiasi itu akan dibarengi oleh persiapan pasukan khusus yang diam-diam telah menyiapkan serbuan mendadak dan tinggal menunggu perintah saja.

Dalam proses negosiasi dengan teroris pihak aparat keamanan (pemerintah) jangan sampai bisa didekte oleh para penyandera karena secara politik bisa mencerminkan negara yang telah tunduk pada kemauan teroris.

Namun proses mengulur waktu demi bisa membebaskan sandera tanpa korban jiwa itu memang ada batasnya dan beresiko tinggi.

Misalnya, penyandera mulai menghitung waktu mundur sambil mengancam akan membunuh sandera satu persatu.

Baca juga:Densus 88, Pasukan Khusus Polri yang Wajib ‘Muntahkan’ 30.000 Peluru Setiap Latihan Demi Hal Ini

Dalam kondisi tak ada pilihan itu, maka pasukan khusus akan melancarkan serbuan komando untuk membebaskan sandera dan biasanya jatuhnya korban jiwa tidak bisa dihindari.

Operasi pembebasan sandera oleh polisi di Mako Brimob Depok, Jawa Barat (10/5/2018) termasuk berhasil karena sandera berhasil diselamatkan.

Langkah polisi patut diacungi jempol mengingat lima anggota Densus 88 diketahui telah gugur sebelumnya ketika terlibat keributan dengan narapidana teroris yang kemudian berhasil menguasai penjara.

Dalam kondisi penuh emosional terkait 5 rekannya yang sudah gugur jelas sangat sulit mengendalikan emosi dan kesabaran untuk membuat teroris yang menguasai penjara menyerah begitu saja.

Tapi para teroris sendiri diuntungkan posisinya karena mereka berada bersama para narapidana non teroris. Sehingga polisi tetap mengedepankan negosiasi dan menghindari aksi kekerasan yang bisa menimbulkan korban jiwa napi non teroris.

Namun, jika yang ada hanya napi teroris,didorong oleh perasaan emosi akibatnya 5 rekannya yang gugur, pihak Densus 88 bisa dipastikan sudah melancarkan operasi penumpasan teroris tanpa mengenal kompromi.

Baca juga:Polisi Wanita Ini Mendapat Perlakuan Keji dari Napi Terorisme

Artikel Terkait