Advertorial
Intisari-Online.com - Pasukan Brimob bisa dikatakan merupakan pasukan tempurnya Polri yang dalam penugasannya di berbagai misi mereka juga harus memiliki kemampuan tempur seperti pasukan TNI.
Dalam perjalanan sejarah konflik di Indonesia telah terbukti bahwa dalam operasi tempur itu Brimob harus memiliki kemampuan seperti militer demikian juga persenjataan pendukungnya.
Konflik-konflik yang dimaksud antara lain operasi penumpasan pemberontakan PRRI, operasi pembebasan Irian Barat (Trikora), konflik di Aceh (GAM), konflik di Ambon, atau operasi penumpasan kelompok teroris di Poso (Operasi Tinombala).
Kemampuan tempur personel Brimob di medan perang memang harus berkualifikasi militer.
Pasalnya, ketika di medan perang mereka melakukan operasi tempur bersama pasukan TNI, taktik dan strategi tempur yang diterapkan juga sama.
(Baca juga: Ditanya soal Pelontar Granat, Komandan Brimob: Itu Bukan Konsumsi Kalian, Itu Konsumsi Negara)
(Baca juga: Sepatutnya TNI Tidak Perlu Terkejut dengan Pelontar Granat Milik Brimob karena Hal Ini)
(Baca juga: Brimob Memang Butuh Senjata Pelontar, Tapi untuk Melempar Gas Air Mata saat Atasi Huru-hara)
Dengan kemampuan tempur ala militer yang dimiliki dan kemampuan itu telah diperoleh ketika menjalani pendidikan, ketika pasukan Brimob diterjunkan ke medan perang bersama pasukan TNI, maka mereka bisa cepat bekerja sama.
Contoh kerja sama operasi tempur antara Brimob dan pasukan TNI yang bagus serta saling bahu-membahu adalah ketika mereka sama-sama berperang melawan pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berlangsung antara tahun 2000-2006.
Dalam peperangan melawan pasukan GAM, personel Brimob yang bertempur menggunakan senapan mesin, peluncur granat, dan senjata-senjata berat lainnya seperti ranpur lapis baja juga merupakan hal yang biasa.
(Baca juga: Pernah Jadi Kekuatan Tempur yang Tangguh, Brimob Merasa Perlu Bekali Diri dengan Senjata Mematikan)
(Baca juga: Wiranto Mengakui Ada Masalah Impor Senjata dalam Tubuh Brimob)
(Baca juga: Inilah Pelontar Gas Air Mata Andalan Polri: Verney-Carron)
Pasalnya dalam peperangan baik pasukan TNI maupun Brimob memang dituntut untuk bisa mengoperasikan semua persenjataan termasuk senjata yang disita dari musuh.
Di dalam negeri Brimob bersama pasukan TNI juga merupakan ujung tombak untuk melaksanakan operasi lawan terorisme seperti Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Selatan, yang masih berlangsung hingga saat ini.
Intinya karena pasukan Brimob dalam misi tempurnnya harus memiliki kemampuan tempur seperti pasukan TNI, sesuai tantangan perang ke depan, memang membutuhkan peralatan tempur yang memadai seperti pelontar granat multifungsi Stand Alone Grenade Launcer (SAGL).
Pelontar granat yang bisa memenuhi tugas Brimob sesuai kondisi yang harus dihadapi itu berifat multi fungsi.
Pasalnya SAGL dapat digunakan untuk menindak perusuh massa menggunakan granat gas air mata dan menggunakan granat tajam ketika harus berperang melawan teroris serta pasukan pemberontak.