Intisari-Online.com – Perubahan dalam berpikir dapat meningkatkan kehidupan seks kita. Namun, beberapa kesalahan seks sering dibuat oleh pria saat berhubungan seks. Oleh karena itu, mari kita pelajari 7 kesalahan seks yang sering dibuat oleh pria, dan belajar bagaimana untuk menghindarinya.
--
Kesalahan 5: mengharapkan senggama untuk memberikan orgasme. Bagi 80 persen wanita, senggama saja tidak akan memberikan orgasme. Mengapa tidak? Karena kebanyakan posisi seks tidak langsung merangsang klitoris. Ada cara lain yang menyenangkan. Wanita mengalami orgasme jauh lebih menyenangkan dengan oral seks dibandingkan senggama, jelas Kerner.
Juga, cobalah seks dengan posisi wanita di atas, atau menggunakan vibrator selama hubungan seks. Namun, untuk ini pria harus merasa nyaman, tidak terancam, dengan adanya sex toys. Sebaiknya luangkan waktu lebih untuk melakukan foreplay agar wanita bisa mengalami orgasme.
Kesalahan 6: melewatkan edukasi seks. Wanita suka dirayu. Edukasi seks sama pentingnya, atau kadang-kadang lebih penting, daripada teknik. Ini membantu untuk mengetahui apa yang membuat pasangan suka, apakah itu lisan, visual, atau secara mental. Apakah wanita pasangan kita suka berbicara kotor melalui telepon atau teks? Memakai jari-jari perlahan-lahan di dadanya? Menggodanya? Biarkan wanita tahu bagaimana diinginkannya ia.
Kesalahan 7: fokus pada dering bel. Kebanyakan wanita membutuhkan rangsangan klitoris untuk mencapai orgasme, tapi lebih kompleks daripada yang mungkin dipikirkan oleh para pria. Ternyata, beberapa pria tidak mengerti anatomi klitoris. Ini lebih kecil dari penis pria yang dapat dilihat. Ujung sarafnya menyebar ke seluruh vulva dan bagian dalam vagina. Nah, semua titik kesenangan ini potensial untuk ditelusuri. Bagian ini sangat sensitif, namun terlalu banyak stimulasi pun dapat menyakitinya.
Nah, itu 7 kesalahan seks yang sering dibuat oleh para pria ketika mereka berhubungan seks. Sebaiknya hindari, agar mendapatkan orgasme bersama-sama. (WebMD)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR