Gambar cadas tertua di dunia yang ditemukan ternyata berasal dari Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dibuat oleh Homo spiens.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Salah satu hal ikonik yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita, para manusia prasejarah, selain alat-alat berburu dan meramu adalah gambar cadas atau seni cadas. Gambar cadas juga sebagai bukti adanya peradaban manusia purba.
Di Indonesia, gambar cadas ditemukan di beberapa tempat, bahkan ada yang diklaim sebagai gambar cadas tertua di dunia yang telah ditemukan.
Gambar cadas adalah gambar atau lukisanyang terdapat pada dinding gua atau curak, tebing, dan batu. Karya seni ini menjadi bukti adanya peradapan manusia awal dan juga bukti keberadaan kesenian pertama.
Menurut bukuIntroduction to Rock Art Research (2005) karya David S Whitley, seni cadas adalah menggambar, menggores, atau memahatkan pada media batuan keras atau padas yang oleh para ahli diinterpretasikan berkaitan dengan religi.
Gambar cadas ditemukan di berbagai situs Palaeolitik di dunia, dari Eropa hingga Indonesia. Seni ini, mengutip Kompas.com, terus dilanjutkan terutama diAmerika dan Australia.
Gambar cadas biasa menggambarkan lingkungan disekitarnya. Ia terdiri atas gambar, motif, dan desain yang dituangkan di atas permukaan batuan atau cadas alami, seperti pada permukaan tebing atau batu besar, permukaan dinding atau langit-langit gua, atau di permukaan tanah.
Karya seni cadas juga dikenal dengan istilah seni gua atau seni parietal (dinding gua).
Kata kunci yang membedakan antara seni cadas dan benda tinggalan purbakala yang lain adalah seni cadas dituangkan pada media cadas alam, untuk membedakan dengan seni yang dituangkan pada media buatan.
Peninggalan pada situs alam tersebut biasanya memiliki beberapa penampakan gambar dengan motif yang berbeda sesuai dengan apa yang orang dahulu temui.
Motifnya
Pada umumnya, gambar cadas memiliki berbagai macam motif dan bentuk.
Menurut buku Lukisan Gua Di Indonesia Sebagai Sumber Data Penelitian Arkeologi (1983) karya E.A Kosasih, antara lain gambar antropomorfis, baik motif manusia maupun bagian pada organ tubuh manusia, seperti cap tangan ataupun kaki, mahkluk mitologis, fauna, flora, benda (senjata, peralatan sehari-hari, dan artefak lain), motif garis, serta berbagai bentuk lain yang berupa simbol tertentu.
Sementara menurut R. Cecep Permana (2014) dalam "Gambar Tangan Gua-Gua Prasejarah Pangkep-Maros-Sulawesi Selatan", yang paling sering ditemukan antara lain motif cap tangan.
Motif cap tangan atau yang disebut hand stencil ini dibuat oleh manusia pada masa lalu dengan cara merentangkan jari-jari tangan dan menempelkannya ke permukaan dinding gua. Pewarnaan motif cap tangan menggunakan cat yang terdiri atas beberapa warna, tetapi yang terkenal adalah warna merah, hitam, dan putih.
Teknik pembuatan motif cap tangan dua macam, yaitu teknik negative hand stencil dengan cara disemprotkan dan teknik positive hand stencil yang dilakukan dengan cara melumuri warna pada telapak tangan yang kemudian ditempelkan pada permukaan dinding gua.
Seni cadas atau rock art adalah suatu hasil karya seni manusia purba yang ditemui pada permukaan batu-batu besar serta pada dinding batu dalam bentuk gua, ceruk dan tebing.
Menurut buku Religi Pada Masyarakat Prasejarah di Indonesia (2004) karya Bagyo Prasetyo, seni cadas pada umumnya dinyatakan dalam tiga macam teknik penggambaran, yaitu lukisan (painting) dengan menggunakan bahan-bahan warna tertentu, goresan (engraving) dan pahatan (cerving).
Karakteristik
Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, gambar cadas adalah salah satu tinggalan arkeologi berupa imaji atau bentuk gambar, lukisan, pahatan, kreasi manusia masa lampau.
Gambar cadas biasanya ditemukan pada bongkahan batu, tebing, cerukan, dan gua yang umumnya pada bentukan batuan karst. Umumnya, gambar cadas di Inodnesia berupa gambar tangan, figur manusia, figur satwa, imaji geometris, peralatan, dan perahu.
Biasanya tempat yang dipilih memiliki permukaan alas yang datar, kering, dan dapat melihat panorama yang baik. Kemudian dindingnya bersih, memiliki aroma yang khas seperti tidak berbau pesing akibat kelelawar atau burung.
Ceruk dan tebing juga memiliki akses masuknya sinar matahari dan bulan yang cukup baik sehingga umumnya menghadap ke barat atau ke timur.
Secara ketinggian lokasi gambar cadas terbagi menjadi tiga, yakni:
- Bagian tengah
Pada goa di bagian tengah berisi gambar sakral yang berhubungan dengan alam gaib atau semacam tempat ibadah serta sebagai tempat penguburan.
- Bagian atas
Pada goa bagian atas berisi gambar sakral, tetapi berhubungan dengan kehidupan sosial. Biasanya di goa bagian atas banyak terdapat gambar.
- Bagian bawah
Di mana lokasi yang bawah dekat dengan sungai sebagai sumber air. Biasanya di bagian bawah merupakan hunian untuk tempat tinggal.
Gambar cadas tertua
Ternyata gambar cadas tertua yang berhasil ditemukan berasal dari Indonesia. Tepatnya di Gua Leang Tedongnge, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Yang berhasil mengungkapkannya adalah para ilmuwan dariPusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama Australian Research Center for Human Evolution dan Griffith Center for Social Science and Cultural Research dari Australia.
Menurut perkiraan, gambar cadas yang ditemukan itu berusia45.500 tahun!
Situs arkeologi Leang Tedongnge, mengutip National Geographic Indonesia, ditemukan pada Desember 2017 olehBasran Burhan bersama sejumlah mahasiswa arkeologi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sejak itulahBalai Arkeologi Sulawesi Selatan dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melanjutkan penelitian tentang temuan lukisan cadas.
"(Lukisan) itu dibuat oleh Homo sapiens," terang Adhi, peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional saat dihubungi National Geographic Indonesia, Kamis (14/1/2021).
Dalam laporan yang terbit diScience Advances, lukisan tersebut berupa figuratif babi dengan kutil di tubuhnya. Ada juga dua tangan yang diperkirakan berusia lebih muda sekitar 17.000 tahun.
Masih menurut NGI, selain lukisan figuratif babi berkutil dengan dua tangan manusia, di dekatnya juga terdapat dua hingga tiga sosok babi serupa yang samar akibat pengelupasan dinding gua. Ketiga sosok babi tersebut diduga posisinya saling berhadapan.
"Itu gambarbabi dengan jambul pendek dengan bulu tegak dan sepasang kutil wajah seperti tanduk di depan mata, ciri khas babi kutil Sulawesi jantan dewasa,” terang Adam Brumm, profesor dari Australian Research Center for Human Evolution yang memimpin penelitian tersebut.
"Babi [di dekat cap tangan] itu tampak mengamati perkelahian atau interaksi sosial antara dua babi kutil lainnya," terang Brumm dalam rilis.
Lukisan itu digambar dengan oker merah mengunakan jari tangan dan perkakas tambahan. "Mungkin sebenarnya dari kuasannya itu ada yang pakai alat tambahan, pakai kayu yang ditumbuk. Kemungkinan juga pakai jari tangan, setebalnya sama kaya jari kita." ungkap Adhi mengenai cara pelukisannya.
"Umumnya bewarna merah tua dan ungu, biasanya itu pakai hematit atau oker."
Bagaimana cara tahu usia gambar cadas itu?Para peneliti menggunakan radioaktif uranium dari batu kapur tersebut. Beberapa bagian dari batu kapur itu kemudian diendapkan dalam lembaran tipis di sepanjang dinding gua.
Proses penelitian metode uranium ini dilakukan di Radiogenic Isotope Fasility, University of Queensland. Hasil usia minimumnya dapat ditemukan setelah uranium meluruh dengan mengetahui kecepatannya.
“Di Leang Tedongnge, sampel 'popcorn' (kalsium karbonat) yang tumbuh diatas pigmen gambar cadas diambil dari salah satu kaki belakang babi kutil tersebut, jadi setelah dipertanggalkan itu memberi kita umur minimum dari lukisan tersebut," kata Maxime Aubert, peneliti dari Griffith Center for Social Science and Cultural Research dalam rilis mereka.
Selain lukisan yang ditemukan di Leang Tedongnge, para peneliti juga menemukan lukisan babi lainnya di Leang Balangjia 1. Lukisan itu ditemukan pada 2018, dan diperkirakan dilukis di waktu yang berbeda sekitar 32.000 tahun yang lalu.
Lukisan babi yang ditemukan di Maros itu jadi buktiperadaban yang jauh lebih tua dibandingkan hasil temuan serupa di Eropa yang diperkirakan berusia 20.000 tahun. Temuan itu tentu memantik diskusi para arkeolog, terutama tentang bagaimana proses penyebaran manusia ke penjuru dunia.