Bagaimana Perdagangan Nusantara pada Awal Masehi? Benarkah Sejak Abad ke-2?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Artikel ini tentang bagaimana perdagangan Nusantara pada awal Masehi? Semoga bermanfaat.
Artikel ini tentang bagaimana perdagangan Nusantara pada awal Masehi? Semoga bermanfaat.

Artikel ini tentang bagaimana perdagangan Nusantara pada awal Masehi? Semoga bermanfaat untuk para pembaca.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Belum banyak sumber yang mengulas tentang kondisi perdagangan di Nusantara pada awal Masehi. Meski begitu, beberapa sumber menyebut, aktivitas jual-beli itu sudah ada sejak abad ke-2 Masehi.

Secara garis besar, bagaimana perdagangan Nusantara pada awal Masehi?

Di awal Masehi, Nusantara disebut sudah menjalinhubungan dengan India sehingga agama Hindu masuk dan berkembang. Hubungan ini tentu saja menyangkut perdagangan juga.

Baca Juga: Jadi Latar Film Dragon Blade, Begini Sejarah China dan Romawi, Jalur Sutra, Hingga Hubungannya dengan Indonesia

Menurut bukuThe Silk Roads: Highways of Culture and Commerce (2000) karya Vadime Elisseeff, sejak abad ke-5 Indonesia, atau Nusantara, sudah dilintasi jalur perdagangan laut antara India dan China. Jalur perniagaan dan pelayaran yang melalui laut, dimulai dari China menuju Kalkuta, India--sebuah wilayah yang berada di tepian Teluk Benggala.

Rute jalur itu adalah melaluiLaut China Selatan, singgah di Selat Malaka, lalu terus ke utara melewat Teluk Benggala sebelum akhirnya mencapai Kalkuta.

Setelah sampai India, kemudian berlanjut ke Teluk Persia menuju Suriah. Jalur perdagangan berlanjut ke Laut Tengah melalui Laut Merah sampai ke Mesir menuju Laut Tengah.

Indonesia, melalui Selat Malaka terlibat perdagangan dalam hal rempah-rempah. Posisi Indonesia cukup strategis dan memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Sehingga Indonesia menjadi salah satu pusat perdagangan yang penting pada jalur perdagangan Timur Tengah dan semenanjung Arab dengan Selat Malaka.

Bagaimanapun juga, pusat-pusat integrasi Nusantara berawal dari penguasaan laut. Sehingga terjadi beberapa hal, yaitu:

- Pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi strategis di pinggir pantai.

- Muncul pengendalian politik dan militer para raja-raja dalam menguasai jalur utama dan pusat perdagangan di Indonesia.

Jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara ditentukan oleh kepentingan ekonomi. Perkembangan rute perdagangan juga berbeda-beda, yang ditentukan pada masa sebagai berikut:

- Masa prakarsa hegemoni, pada masa tersebut budaya yang datang dari Austronesia di Asia Tenggara Daratan.

- Masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara, China di bagian utara dan India di bagian barat daya menjadi dua negara super power.

Adanya peralihan rute membawa dampak positif bagi Nusantara. Secara langsung Indonesia terhubung ke dalam jaringan perdagangan dunia saat itu. DanSelat Malaka menjadi pintu gerbang yang menghubungan pedagang-pedagang China dan India.

Jalur Sutra

Sebagai pintu gerbang, Selat Malaka merupakan kawasan yang cukup penting bagi pelayaran dan perdagangan, terlebih bandar-bandar di sekitar Samudera Indonesia dan Teluk Persia. Selat Malaka menghubungkan Arab dan India di sebelah barat laut Nusantara, dengan China di sebelah timur laut Nusantara.

Jalur tersebut diberi nama "jalur sutra" sejak abad pertama Masehi hingga abad ke-16 Masehi. Penamaan jalur tersebut karena China membawa komoditas sutera cukup banyak untuk dijual di wilayah lain.

Ramainya rute pelayaran mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur Selat Malaka, yaitu Samudra Pasai, Malaka, dan Sumatera Utara (dulunya Kota China). Dan dengan begitu, kondisi masyarakat di sepanjang Selat Malaka mulai sejahtera dan terbuka dalam berbagai hal.

Tak hanya perihal ekonomi, tapi juga sosial dan budaya, termasuk agama.

Kekuatan politik di Nusantara

Tak hanya itu, jaringan Nusantara juga terpengaruh dari kekuatan politik saat itu. Selama masa Hindu-Buddha, jaringan perdagangan dan budaya antarbangsa dan penduduk di pulau Indonesia juga tumbuh pesat.

Hal ini karena terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga Kepulauan Maluku. Secara tidak langsung integrasi juga terjadi dengan jaringan ekonomi dunia. Komoditas penting yang menjadi barang dagang pada saat itu adalah kayu manis, cengkeh, dan pala.

Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antar pulau melahirkan kekuatan politik di Nusantara. Kekuatan politik tersebut berada di:

- Pantai timur Melayu yang sekarang menjadi Jambi di muara Sungai Batanghari.

- Di Pulau Jawa yang terkenal dengan Kerajaan Sriwijaya. Terdapat tiga kerajaan besar, yaitu Tarumanegara (Jawa bagian barat), Kalingga (Jawa bagian tengah), dan Singasari serta Majapahit (Jawa bagian timur).

Kerajaan besar Nusantara yang memiliki kekuatan terhubung secara politik. Artinya kerajaan yang besar dan kuat akan menguasai wilayah-wilayah yang luas di Nusantara. Kemudian mampu mengontrol politik wilayah sekitarnya.

Hubungan kerajaan adigdaya di Nusantara dengan kerajaan dibawahnya hanya berlangsung dalam bentuk hubungan hak dan kewajiban yang saling menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh dari kerajaan besar antara lain berupa pengakuan simbolik seperti kesetiaan dan pembayaran upeti berupa barang yang digunakan kerajaan dan untuk diperdagangkan skala internasional.

Keuntungan kerajaan kecil adalah perlindungan dan rasa aman, sekaligus kebanggaan atas hubungan tersebut.

Jika kerajaan besar sudah tidak bisa memberikan rasa aman, kebanyakan kerajaan kecil akan melakukan pembangkangan dan berpindah ke kerajaan yang lainnya. Hubungan tersebut semakin mengukuhkan Nusantara sebagai negara kepulauan yang dipersatukan oleh kekuatan politi dan dagang.

Begitulah artikel tentangbagaimana perdagangan Nusantara pada awal Masehi? Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Layaknya China yang Sebarkan Pandemi Ke Seluruh Dunia, Bangsa Mongol di Bawah Genghis Khan Pernah Sebarkan Wabah Mematikan Ini dari Asia ke Eropa Lewat Jalur Perdagangan yang Kini Juga Dibangun China

Artikel Terkait