Hanya derap langkah pasukan yang memecah kesunyian, langkah-langkah yang membawa serta bayang-bayang perang.
Di langit, burung-burung besi berputar-putar, mengawasi setiap jengkal tanah di bawahnya. Dari balik kokpit, Jenderal Haw Torn mengamati Bandung dengan tatapan tajam. Wajahnya keras, dihiasi guratan-guratan tegas yang menunjukkan pengalamannya di medan perang.
Di tangannya, ia menggenggam erat tongkat komando, simbol kekuasaan dan tanggung jawab yang dipikulnya.
Hari itu, 21 November 1945, Jenderal Haw Torn memimpin pasukan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) mendarat di Bandung.
Kedatangan mereka bukanlah kunjungan persahabatan, melainkan awal dari sebuah konflik berdarah yang akan menorehkan luka mendalam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Misi NICA: Memulihkan Kekuasaan Kolonial
NICA, sebuah organisasi semi-militer bentukan pemerintah Belanda, memiliki misi utama: mengembalikan kekuasaan kolonial di Indonesia. Berbekal mandat dari Sekutu, mereka datang dengan dalih melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang.
Namun, di balik topeng kemanusiaan itu, tersimpan ambisi terselubung untuk kembali menguasai bumi pertiwi.
Bandung, kota yang menjadi saksi bisu semangat juang arek-arek Suroboyo, menjadi target utama NICA. Kota ini dianggap sebagai pusat perlawanan rakyat Indonesia di Jawa Barat.
Pendaratan pasukan NICA di Bandung merupakan langkah strategis untuk memadamkan api revolusi yang berkobar di tanah Pasundan.
Sambutan Rakyat: Perlawanan dengan Bambu Runcing
Kedatangan pasukan NICA disambut dengan perlawanan sengit dari rakyat Bandung. Meskipun hanya bermodalkan bambu runcing dan senjata seadanya, semangat juang mereka tak pernah padam.
Para pemuda, yang tergabung dalam berbagai laskar pejuang, bertekad mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih dengan tetesan darah dan air mata.
Di setiap sudut kota, pertempuran berkecamuk. Jalan-jalan yang biasanya ramai kini menjadi medan laga. Suara tembakan dan ledakan bom bergema di udara, memecah kesunyian pagi.
Rakyat Bandung, tua muda, pria wanita, bahu-membahu melawan penjajah. Mereka berjuang dengan segenap jiwa raga, demi tanah air yang mereka cintai.
Palagan Bandung Lautan Api: Sebuah Keputusan Heroik
Pertempuran di Bandung semakin sengit. Pasukan NICA, dengan persenjataan modern, terus menekan. Para pejuang, meskipun kalah dalam persenjataan, tak gentar menghadapi musuh. Mereka bertempur dengan keberanian yang luar biasa, pantang menyerah walau nyawa taruhannya.
Dalam situasi genting ini, sebuah keputusan heroik diambil. Demi menghindari jatuhnya korban sipil yang lebih besar, para pejuang memutuskan untuk meninggalkan kota Bandung.
Namun, sebelum meninggalkan kota, mereka membumihanguskan Bandung bagian selatan. Kobaran api melalap bangunan-bangunan, menciptakan lautan api yang membara.
Peristiwa heroik ini kemudian dikenal sebagai "Bandung Lautan Api".
Sebuah peristiwa yang menunjukkan betapa besar cinta dan pengorbanan rakyat Bandung terhadap tanah airnya. Mereka rela mengorbankan harta benda, bahkan nyawa mereka, demi menjaga kedaulatan bangsa.
Jenderal Haw Torn: Sang Komandan yang Kejam
Di balik layar pertempuran, Jenderal Haw Torn memimpin pasukannya dengan tangan besi. Ia dikenal sebagai komandan yang tegas dan kejam. Tak segan-segan ia menghukum para pejuang yang tertangkap.
Bagi Jenderal Haw Torn, tujuan menghalalkan segala cara. Ia bertekad untuk menumpas perlawanan rakyat Indonesia dan mengembalikan kekuasaan Belanda di tanah air.
Namun, di balik sikap kerasnya, Jenderal Haw Torn menyimpan kekaguman terhadap semangat juang rakyat Indonesia.
Ia menyadari bahwa ia berhadapan dengan lawan yang tangguh, lawan yang rela berkorban demi kemerdekaan bangsanya.
Bandung Lautan Api: Simbol Perjuangan yang Abadi
Peristiwa Bandung Lautan Api menjadi simbol perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Kobaran api yang melalap Bandung bagian selatan bukan hanya menghancurkan bangunan-bangunan fisik, tetapi juga membakar semangat juang rakyat Indonesia. Api itu menjadi simbol perlawanan, simbol semangat pantang menyerah, simbol cinta tanah air.
Meskipun pasukan NICA berhasil menduduki Bandung, semangat juang rakyat Indonesia tak pernah padam. Peristiwa Bandung Lautan Api menjadi inspirasi bagi perjuangan di daerah lain. Api revolusi terus berkobar, hingga akhirnya Indonesia berhasil meraih kemerdekaan sepenuhnya.
Sumber:
Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1200 (4th ed.). Palgrave Macmillan.
Kahin, G. McT. (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Cornell University Press.
Anderson, B. (1972). Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946. Cornell University Press.
*