Penataran P4 pada Masa Orde Baru: Di Antara Indoktrinasi dan Membangun Pemahaman Pancasila

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Untuk melakukan indoktrinasi terhadap rakyat, tindakan orde baru diantaranya adalah sebagai berikut.
Ilustrasi - Untuk melakukan indoktrinasi terhadap rakyat, tindakan orde baru diantaranya adalah sebagai berikut.

Intisari-online.com - Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) merupakan salah satu program monumental di era Orde Baru. Dicanangkan pada tahun 1978, program ini mewajibkan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan masyarakat luas untuk mengikuti pelatihan tentang nilai-nilai Pancasila.

Di balik program ini, terbentang berbagai tujuan dan konsekuensi yang kompleks. Memahami Penataran P4 berarti menyelami lanskap politik, sosial, dan ideologi di masa Orde Baru.

Tujuan Resmi: Membangun Masyarakat Pancasilais

Secara resmi, Penataran P4 bertujuan untuk:

Memperkuat Pemahaman Pancasila: Di tengah gejolak politik dan ideologi pasca-G30S, pemerintah Orde Baru ingin menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat. Penataran P4 diharapkan dapat membumikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Menangkal Ideologi Lain: Era Orde Baru diwarnai dengan kekhawatiran terhadap komunisme dan ideologi lain yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Penataran P4 diharapkan dapat menjadi benteng ideologis untuk menjaga stabilitas negara.

Memperkuat Persatuan Nasional: Di tengah kemajemukan bangsa, Penataran P4 diharapkan dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan berdasarkan Pancasila.

Meningkatkan Disiplin Nasional: Orde Baru menekankan pentingnya disiplin untuk pembangunan nasional. Penataran P4 diharapkan dapat menanamkan disiplin dan etos kerja yang berlandaskan Pancasila.

Implementasi dan Kritik: Antara Edukasi dan Indoktrinasi

Penataran P4 dilaksanakan secara terstruktur dan masif. Materi pelatihan mencakup sejarah Pancasila, makna setiap sila, dan penerapannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Peserta diwajibkan menghafal rumusan Pancasila, Ekaprasetia Pancakarsa, dan GBHN (Garis Besar Haluan Negara).

Namun, di balik program edukasi ini, muncul kritik bahwa Penataran P4 juga menjadi alat indoktrinasi. Kritikus berpendapat bahwa materi pelatihan terlalu kaku dan menekankan pada kepatuhan terhadap pemerintah.

Sisi kritis dan ruang diskusi dibatasi, sehingga dikhawatirkan program ini menumbuhkan budaya monolitik dan represif.

Dampak dan Relevansi di Era Modern

Penataran P4 memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat Indonesia. Program ini berhasil meningkatkan pemahaman Pancasila di kalangan masyarakat, meskipun dengan berbagai kontroversi.

Di era modern, nilai-nilai Pancasila masih menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, relevansinya perlu diinterpretasikan dalam konteks kekinian. Penataran P4, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya pendidikan ideologi dan penanaman nilai-nilai kebangsaan.

Baca Juga: Program Penggunaan Teknologi Pertanian di Era Orde Baru: Menuju Swasembada Pangan

Penutup: Menuju Pemahaman Pancasila yang Dinamis

Mempelajari Penataran P4 bukan untuk mengungkit luka lama, melainkan untuk memahami kompleksitas sejarah dan mengambil pelajaran berharga.

Tantangan kita saat ini adalah membangun pemahaman Pancasila yang dinamis dan kontekstual, sesuai dengan semangat zaman dan nilai-nilai universal.

Penataran P4 mengingatkan kita bahwa pendidikan ideologi haruslah inklusif, terbuka, dan kritis. Nilai-nilai Pancasila perlu dikaji dan diinternalisasi secara mendalam, bukan hanya dihafal dan didoktrin.

Dengan demikian, Pancasila dapat menjadi kompas moral yang relevan bagi bangsa Indonesia di era modern.

*

Artikel Terkait