Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Era Orde Baru di Indonesia ditandai dengan berbagai upaya modernisasi di berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Salah satu fokus utama pemerintah saat itu adalah meningkatkan produksi pangan untuk mencapai swasembada pangan.
Untuk mewujudkannya, berbagai program penggunaan teknologi pertanian digalakkan.
Salah satu program paling terkenal adalah Bimas (Bimbingan Massal), yang dimulai pada tahun 1965. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam menerapkan teknologi modern dalam bertani. Petani dilatih cara menggunakan pupuk kimia, pestisida, dan bibit unggul.
Bimas juga menyediakan kredit bagi petani untuk membeli input pertanian.
Program lain yang penting adalah Panca Usaha Tani, yang dideklarasikan pada tahun 1966. Panca Usaha Tani terdiri dari lima poin utama:
Penggunaan bibit unggul: Petani didorong untuk menggunakan bibit unggul yang lebih tahan hama dan penyakit, serta menghasilkan panen yang lebih melimpah.
Pemupukan: Penggunaan pupuk kimia dianjurkan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman.
Pemberantasan hama dan penyakit: Penggunaan pestisida kimia direkomendasikan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Pengairan: Sistem pengairan yang lebih baik, seperti irigasi, dibangun untuk memastikan ketersediaan air bagi tanaman.
Perbaikan dalam cara bercocok tanam: Petani diajarkan teknik-teknik pertanian modern yang lebih efisien dan efektif.
Baca Juga: Tak Hanya Untuk Pesta, Societeit De Harmonie Dibangun Juga Sebagai 'Biro Jodoh'
Selain Bimas dan Panca Usaha Tani, pemerintah Orde Baru juga meluncurkan berbagai program lain seperti Kredit Usaha Tani (KUT), Gerakan Pangan Nasional (Gapan), dan Operasi Bimbingan Massal (Obimass). Program-program ini bertujuan untuk menyediakan akses permodalan, infrastruktur, dan pendampingan bagi petani.
Penggunaan teknologi pertanian di era Orde Baru membawa dampak yang signifikan terhadap sektor pertanian Indonesia. Produksi padi meningkat pesat, dan Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan pada tahun 1984.
Namun, program-program tersebut juga memiliki dampak negatif. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu, mekanisasi pertanian yang marak di era Orde Baru menyebabkan hilangnya pekerjaan bagi para buruh tani.
Meskipun demikian, program penggunaan teknologi pertanian di era Orde Baru merupakan tonggak penting dalam sejarah pembangunan pertanian Indonesia. Program-program tersebut telah meletakkan dasar bagi modernisasi pertanian di Indonesia dan membuka jalan bagi pencapaian swasembada pangan.
Dampak Positif:
Peningkatan produksi padi secara signifikan
Pencapaian swasembada pangan
Modernisasi sektor pertanian
Peningkatan pendapatan petani
Dampak Negatif:
Pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida berlebihan
Hilangnya pekerjaan bagi buruh tani akibat mekanisasi pertanian
Ketergantungan petani pada input pertanian yang mahal
Baca Juga: Semakin Besar Korupsinya? KPK Temukan Cek 2 Triliun Di Rumah Dinas Syahrul Yasin Limpo
Kesimpulan
Program penggunaan teknologi pertanian di era Orde Baru memiliki dampak yang kompleks. Di satu sisi, program-program tersebut berhasil meningkatkan produksi pangan dan memodernisasi sektor pertanian. Di sisi lain, program-program tersebut juga menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran lingkungan dan hilangnya pekerjaan bagi buruh tani.
Penting untuk mempelajari program-program tersebut secara kritis dan mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu untuk membangun sektor pertanian yang lebih berkelanjutan dan adil di masa depan.
*
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR