"Namun, ikhtiar yang dilakukan selama ini membuahkan hasil, dimana comestoarra bukan hanya fokus pada tataran teknologi, tapi lebih kepada filosofi dan konsep. Selain itu, dukungan, arahan, serta bimbingan dari sejumlah pemangku kepentingan seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ESDM, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan UKM, hingga pemerintah daerah dan tokoh masyarakat membuat comestoarra semakin bersemangat untuk terus menciptakan inovasi yang bisa diterapkan di setiap daerah dengan kondisi yang berbeda-beda."
Sejak 2019, comestoarra mulai bergelut di sektor pengolahan sampah organik, residu biomassa, dan sampah domestik menjadi bahan bakar terbarukan padat skala komunal.
Sebagai perusahaan rintisan, Comestoarra aktif melakukan kajian dan uji coba yang didukung oleh pemangku kepentingan pusat dan daerah.
Di bawah asuhan Dr. Ir. Supriadi Legino, Comestoarra melakukan sejumlah inovasi.
Mulai dari pengembangan bioaktivator untuk proses homogenisasi material sampah organik, residu biomassa, dan sampah domestic yang cenderung heterogen, pengembangan mini gasifikasi yang mampu mengonversi bahan bakar terbarukan padat menjadi syntetic gas untuk substitusi bahan bakar fosil pada genset, hingga melakukan eksperimen penerapan konsep hibrida teknologi gasifikasi, panel surya, dan batrai terdesentralisasi untuk melakukan pengisian daya batrai sepeda motor listrik dan perahu listrik.
Pada 2020-2022, Comestoarra berhasil menerapkan metoda TOSS, mengembangkan kompor biomassa untuk masyarakat, dan melakukan serangkaian uji coba hingga komersialisasi co-firing di kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Comestoarra juga memiliki Detailed Engineering Design TOSS/RDF Skala Komunal yang dipublikasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sebagai perusahaan rintisan, comestoarra juga berhasil mendapatkan penghargaan dan menjadi narasumber di ajang nasional dan internasional. Pada 2023, Comestoarra berhasil membuat prototype perahu listrik dan konsep distributed hybrid renewable energy charging station.
Prototype ini terpilih mewakili Indonesia pada ajang Indonesia 10 best start-up of ODA Project On Capacity Building Program for Green Transition of Indonesia SMEs, hasil kerja sama antara Kementerian koperasi dan UKM Republik Indonesia, Kementerian SMEs and start-up Korea Selatan, dan organisasi ASEIC.
"Secara pribadi dan mewakili Comestoarra, saya mengucapkan terima kasih kepada Loesche karena telah menggandeng dan akan menyempurnakan inovasi comestoarra sesuai standar Eropa sehingga karya serta pemikiran comestoarra dapat diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, Asia Tenggara, hingga Eropa," kata Supriadi.
"Saya juga mengucapkan terima kasih kepada PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, Universitas Andalas, PT Bukit Asam, Tbk., PT Bukit Multi Investama, PT Adaro Power, Pemerintah Kabupaten Ende, dan PT PLN (Persero) serta subholdingnya yang telah mempercayai penerapan inovasi comestoarra untuk sejumlah program penelitian, pengabdian masyarakat, dan pembuatan percontohan dalam kaitannya dengan dekabronisasi melalui transisi energi."
Supriadi menekankan pentingnya aspek non teknis dalam penerapan suatu teknologi di suatu daerah.
Hal ini dikarenakan, Indonesia pada khususnya dan negara-negara di Asia Tenggara pada umumnya memiliki kondisi geografis, sosial-budaya, aspek regulasi, dan prioritas yang berbeda-beda jika dikaitkan dengan target capaian dekarbonisasi dan transisi energi.
Dengan pengalaman memimpin Sekolah Tinggi Teknik PLN selama 10 tahun, menjadi Direktur di PT PLN (Persero), dan berkarir di industri energi dan ketenagalistrikan selama lebih dari 30 tahun, Supriadi yakin, konsep desentralisasi dengan merujuk pada commutative law of algebra (1000 x 1 = 1 x 1000) dapat mendukung pemerintah di wilayah Asia Tenggara khususnya Indonesia dalam mewujudkan dekarbonisasi dan transisi energi secara simultan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR