Dikenal pula dengan Riyoyo Kupat, Bakda Kupat, atau Kupatan, tradisi ini jatuh pada tanggal 8 Syawal, tepat satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri.
Lebih dari sekadar momen menyantap ketupat, Lebaran Ketupat menyimpan makna dan sejarah yang menarik.
Melansir Kompas.com, tradisi ini diyakini diprakarsai oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, pada masa kerajaan Demak.
Beliau memperkenalkan ketupat sebagai makanan khas Lebaran dan menjadikannya simbol perayaan Idul Fitri.
Ketupat, dengan bentuknya yang unik, dimaknai sebagai simbol persatuan dan kesatuan.
Proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan waktu lama melambangkan kesabaran dan keteguhan dalam menjalani ibadah.
Lebih dari itu, Lebaran Ketupat juga menjadi sarana untuk melestarikan tradisi slametan yang sudah ada di Nusantara.
Tradisi ini kemudian dipadukan dengan ajaran Islam, seperti bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan bersilaturahmi.
Makna dan Perbedaannya dengan Hari Raya Idul Fitri
Meskipun sama-sama identik dengan momen perayaan, Lebaran Ketupat memiliki beberapa perbedaan mendasar dengan Hari Raya Idul Fitri, terutama dalam hal waktu, cara pelaksanaan, dan tujuan.
Baca Juga: 3 Cara Menyimpan Ketupat Agar Awet, Dijamin Bakal Tahan Lama
KOMENTAR