Intisari-Online.com -Ada pertanyaan begini:
Seorang guru yang sedang menjelaskan peristiwa Perang Padri di kelas bisa digolongkan dalam proses sejarah sebagai...
Untuk menjawab pertanyaan di atas, pertama-tama kita harus tahu terlebih dahulu apa itu ruang lingkup sejarah.
Mengutip Kompas.com, sejarah kerap dikaitkan dengansebuah peristiwa atau kejadian yang sudah terjadi di masa lalu.
Sejarah berasal dari bahasa Arab, syajaratun, yang berarti pohon.
Sementara itu, dalam bahasa Inggris sejarah disebut sebagai history, yang berasal dari bahasa Yunani, istoria berarti ilmu.
Secara praktis, sejarah memiliki empat ruang lingkup sejarah, yaitu sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai ilmu, dan sejarah sebagai seni.
Berikut ini penjelasan empat ruang lingkup sejarah dan ciri-cirinya.
Sejarah sebagai peristiwa
Maksud dari sejarah sebagai peristiwa adalah merujuk pada kejadian yang sudah terjadi di masa lalu.
Peristiwa merupakan salah satu bagian penting dalam sejarah karena bersifat nyata dan faktual.
Oleh sebab itu, suatu peristiwa pastilah menyangkut dalam kehidupan manusia.
Meskipun begitu sejarah sebagai peristiwa harus dikaji secara mendalam dan beruntut, mulai dari penyebab sampai akibat yang terjadi.
Adapun ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa adalah unik, abadi, dan penting.
Unik: berarti hanya terjadi satu kali dan tidak mungkin terulang kembali dengan bentuk kejadian yang sama persis.
Abadi: tidak pernah berubah dan akan selalu dikenang sepanjang masa.
Penting: memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi masyarakat di masa mendatang.
Sejarah sebagai kisah
Selanjutnya adalah sejarah sebagai kisah yang berarti sejarah memuat narasi yang tersusun berdasarkan ingatan manusia, berdasarkan kesan atau interpretasi terhadap peristiwa di masa lalu.
Sejarah sebagai kisah dapat disusun dalam dua cara, yaitu lisan dan tertulis.
Contoh secara lisan adalah melalui penuturan saksi mata, sedangkan secara tertulis dapat dilihat dari buku atau catatan sejarah.
Contoh lain adalah ketika ada seorang guru bercerita tentang peristiwa Gerakan 30 September 1965, itu termasuk sejarah sebagai kisah.
Karena sejarah sebagai kisah dapat berdasarkan kesan atau interpretasi seseorang, maka besar kemungkinan sifatnya adalah subyektif.
Ciri-ciri sejarah sebagai kisah didasarkan pada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maksudnya, kisah sejarah harus sesuai dengan nilai faktual yang ada sesuai kenyataannya, meskipun dalam penyusunannya diberikan penafsiran atau interpretasi dari sang penutur.
Sejarah sebagai ilmu
Sejarah juga disebut sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan yang menyangkut masa lalu yang kemudian disusun secara sistematis sesuai dengan kaidah metode ilmiah.
Sejarah sebagai ilmu mengandung pengetahuan dari masa lalu yang kemudian diwariskan kepada masyarakat di masa mendatang.
Maka dari itu, sejarah sebagai ilmu berarti sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di masa lalu.
Ciri-ciri sejarah sebagai ilmu adalah obyektif, bersifat empiris, memiliki obyek kajian, punya metode, mempunyai generalisasi, dan mempunyai teori.
Obyektif: berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
Bersifat empiris: dijadikan fakta yang kemudian tertulis atau dicatat dalam tulisan sejarah.
Memiliki obyek kajian: obyek sejarah adalah waktu yang dianggap penting karena merupakan pandangan sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari manusia.
Punya metode: cara menyusun pengetahuan dan kebenaran dari beragam peristiwa.
Mempunyai generalisasi: sejarah tidak terlepas dari kesimpulan secara umum.
Memiliki teori: memiliki teori pengetahuan yang didapat dari obyek sejarah, yaitu manusia dan waktu.
Sejarah sebagai seni
Sejarah disebut sebagai seni karena mempunyai proses panjang dalam pengumpulan data dan informasi.
Ciri-ciri sejarah sebagai seni adalah membutuhkan intuisi, membutuhkan imajinasi, membutuhkan emosi, dan membutuhkan gaya bahasa.
Membutuhkan intuisi: sejarawan atau penulis sejarah perlu intuisi yang berbentuk pemahaman langsung dan memaknai insting tersebut selama proses penelitian.
Membutuhkan imajinasi: sejarah memiliki gambaran yang terkait pada terjadinya sebuah peristiwa di masa lampau.
Membutuhkan emosi: emosi dibutuhkan untuk mendekatkan perasaan sang peneliti dengan obyek penelitiannya.
Membutuhkan gaya bahasa: penulisan sejarah lebih baik ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dipahami dan detail sehingga dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi.
Jadi, jika ada pertanyaan: seorang guru yang sedang menjelaskan peristiwa Perang Padri di kelas bisa digolongkan dalam proses sejarah sebagai, jawabannya adalah sejarah sebagai kisah.
Semoga bermanfaat.