Intisari-Online.com -Kemungkinan besar umat Islam Indonesia bakal memulai awal puasa Ramadhan secara tidak bersamaan.
Muhammadiyah sendiri sudah menetapkan, awal puasa jatuh pada 11 Maret, sementera Pemerintah-NU sehari setelahnya.
Lalu kenapa terjadi perbedaan awal puasa Ramadhan?
Kita tahu, Muhammadiyah sejak jauh-jauh hari sudah menetapkan kapan awal puasa Ramadhan 2024.
Keputusan itu sudah termaktub dalamMaklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024.
Sementara pemerintah baru hari ini, Minggu (10/3) akan melangsungkan Sidang Isbat untuk menentukan awal.
Lalu NU mengikuti keputusan pemerintah.
Kembali ke pertanyaan awal, kenapa terjadi perbedaan awal puasa Ramadhan?
Dua Metode Penentuan Awal Bulan di Kalender Hijriyah
Kita tahu, masyarakat Indonesia mengenal dua metode dalam menentukan awal bulan di kalender Hijriyah, yaitu dengan metode hilal dan hisab.
Dua metode tersebut adalah cara penentuan awal bulan di kalender Hijriyah yang diterapkan oleh ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Nahdlatul Ulama menggunakan metode rukyat dengan berdasar pada pemantauan munculnya hilal baik dengan mata telanjang maupun menggunakan teleskop.
Baca Juga: Inilah 7 Tradisi Masyarakat Jawa Bulan Ramadhan, Salah Satunya Nyadran
Sementara Muhammadiyah menggunakan metode hisab atau perhitungan untuk menentukan waktu jatuhnya awal bulan baru
Penyebab Perbedaan Awal Puasa Ramadhan
Perbedaan awal puasa Ramadhan biasanya terjadi jika hasil hisab berbeda dengan hasil rukyatul hilal.
Sementara hisab telah menentukan waktu kemunculan hilal dengan hitungan dengan acuan ijtimak atau konjungsi sebagai batas kulminasi awal dan akhir bulan, rukyatul hilal atau pengamatan hilal bisa memunculkan hasil berbeda.
Penyebabnya adalah jika pada waktu pengamatan yang ditentukan, hilal tidak dapat teramati karena posisi hilal akan terlalu rendah atau kurang dari 2 derajat.
Terlebih sejak awal 2022, Kementerian Agama telah mengadopsi kriteria baru yaitu mengacu hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
Mengutip laman kemenag.go.id, Menteri Agama anggota MABIMS telah menyepakati untuk menggunakan kriteria baru yaitu tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Biasanya perbedaan waktu awal puasa Ramadhan akan berselang satu hari antara hasil rukyat dengan hasil hisab.
Hal ini karena penerapan istikmal yaitu melakukan pembulatan jumlah hari sampai tiga puluh hari sebelum dimulainya bulan yang baru apabila hilal tidak terlihat.
Sidang isbat sendiri biasanya dilakukan pada 29 Syaban, tahun ini jatuh pada 10 Maret 2024.
Mengutip Kompas.com, dalam sidang isbat biasanya akan dipaparkan terkait pengamatan posisi hilal di awal Ramadan.
Setelah itu akan dilakukan sidang secara tertutup dan hasilnya dipaparkan secara langsung dan disiarkan media massa.
Untuk informasi, sidang isbat pertama kali diadakan untuk menentukan awal Ramada tak lama setelah Departemen Agama didirikan pada 3 Januari 1946.
Kini Departemen Agama sudah berganti menjadi Kementerian Agama, gedungnya di seberang Lapangan Banteng.
Kegiatan isbat mulai berjalan pada 1950 dengan menghadirkan para ulama untuk penentuan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Dalam sidang isbat ketika itu, menteri agama mendengarkan paparan dari para ulama dan organisasi massa Islam.
Departemen Agama kemudian membentuk Badan Hisab Rukyat (BHR) pada 1972 untuk menyeragamkan pelaksanaan hari raya Islam.
Ketika itu pemerintah menggandeng astronom untuk memberikan pandangan dari sisi ilmu pengetahuan.
Kemenag mulai mengundang sejumlah duta besar negara sahabat untuk mengikuti sidang isbat mulai 2013.
Dua organisasi massa Islam besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, kerap berbeda dalam menentukan awal Ramadhan.
Perbedaan itu disebabkan oleh metode yang dianut masing-masing lembaga.
Untuk NU, penentuan awal Ramadhan mengacu kepada rukyatul hilal.
Caranya adalah dengan pengamatan langsung hilal atau bulan baru.
Sedangkan Muhammadiyah memilih metode wujudul hilal dengan cara hisab.
Hisab dalam hal ini adalah menghitung posisi Bumi terhadap Matahari dan Bulan secara matematika dan astronomi.
Sifat utama sidang isbat adalah musyawarah.
Sebab hasil dalam sidang itu merupakan kesepakatan antara masing-masing ormas Islam yang diwakili oleh utusan masing-masing.
Maka dari itu, baik NU dan Muhammadiyah pun tidak pernah memaksakan supaya masyarakat mengikuti mereka dalam hal penetapan awal Ramadhan dan 1 Syawal atau Idul Fitri.
Begitulahkenapa terjadi perbedaan awal puasa Ramadhan? Tahun ini awal puasa Ramadhan kemungkinan besar tidak berbarengan.
Baca Juga: Jadwal Berbuka Puasa Palembang 2024, Termasuk Prediksi 1 Ramadhan