Intisari-Online.com -Di kalangan milenial dan generasi Z (gen z) jamak terdengar istilah trust issue.
Milineal merujuk pada mereka yang lahir antara 1981 hingga 1996, sementara Gen Z adalah mereka yang lahir pada 1997-2012.
Lalu apa arti trust issue plus gejalanya seperti apa.
Mengutip Kompas.com, trust issue merupakan masalah internal yang dimiliki seseorang dalam memercayai orang lain.
Mereka yang punya kecenderungan seperti ini sering meragukan orang lain.
Baik pasangan, rekan kerja, keluarga, bahkan keluarganya sendiri.
Persoalan ini seringmenyebabkan masalah atau menguji hubungan sosialnya karena minimnya keyakinan yang mereka berikan.
Saat sebuah hubungan tidak didasari hal ini biasanya memicu pengembangan potensi pikiran, tindakan, atau emosi yang berbahaya, seperti atribusi negatif, kecurigaan, dan kecemburuan.
Seiring waktu, trust issue juga dapat menyebabkan masalah yang lebih besar, seperti pelecehan emosional atau fisik.
Sebuah riset tahun 2018 mendapati jika kecenderungan untuk percaya dipengaruhi oleh faktor genetik.
Ketidakpercayaan, di sisi lain, tidak terkait dengan genetika namun cenderung terkait dengan faktor sosialisasi, termasuk dinamika dan pengaruh keluarga.
Orang sering memiliki trust issues karena pernah dikhianati di masa lalu, khususnya saat masih berusia dini.
Baca Juga: Arti Kedutan Ibu Jari Tangan Kanan, Bakal Dapat Jodoh yang Baik?
Pakar psikologi anak percaya jika tahun-tahun awal kehidupan kita menjadi momen terpenting untuk belajar percaya pada orang sekitar.
Hasilnya kemudian akan terlihat ketika kita beranjak dewasa, ditunjukkan dengan adanya rasa percaya atau tidak percaya yang cukup pada orang lain.
Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab trust issue adalah:
- Pengkhianatan dalam suatu hubungan
Bisa jadi korban perselingkuhan, baik oleh pasangan maupun orangtua, bisa menjadi pengalaman yang sangat menyakitkan.
Sehingga dapat memicu masalah kepercayaan yang bertahan hingga jangka panjang.
- Konflik orangtua
Riwayat menyasikan masalah kepercayaan dalam orangtua dan relasi orangtua dapat memicu ketakutan akan mengalami hal yang sama.
- Penolakan sosial
Kita juga bisa mengalami masalah kepercayaan ketika pernah ditolak oleh teman sebaya selama masa anak-anak dan remaja.
Trust issue yang muncul bahkan bisa lebih parah jika kita tidak memahami alasan penolakan tersebut atau terjadi berulang kali.
- Pengalaman hidup negatif
Orang yang pernah mengalami trauma—terutama saat tumbuh dewasa—cenderung memiliki trust issue ketika dewasa.
Bentuknya bisa beragam termasuk kesulitan percaya pada teman atau pasangan, ketakutan akan pengkhianatan terkait kepercayaan, atau kesulitan memaafkan orang karena melanggar kepercayaan yang diberikan.
- Gaya keterikatan
Gaya keterikatan kita atau pola karakteristik perilaku dalam hubungan berpengaruh besar pada kepercayaan.
Orang yang insecure cenderung mengalami trust issue sehingga mudah cemburu dan cemas terkait pasangan serta asmara yang dijalaninya.
Dampak trust issue pada kondisi mental kita
Kepercayaan adalah keyakina kita pada karakter, kemampuan, kekuatan atau kebenaran seseorang.
Hal ini amat penting untuk memiliki hubungan sosial yang sehat, aman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.
Trust issue tak hanya memengaruhi hubungan asmara namun juga platonik dan kekeluargaan.
Masalah tersebut kemudian tercermin dalam kata-kata, perilaku, dan cara berpikir kita.
Jika berkepanjangan, trust issue juga bisa berpengaruh pada kondisi mental kita, misalnya memicu:
- Depresi
- Gangguan penyesuaian (kesulitan menghadapi tekanan tertentu)
- Kecemasan
- Takut ditinggalkan
- Masalah lampiran
- Stres pasca-trauma
- Skizofrenia
Jika kondisinya sudah tergolong akut, kita dianjurkan menjalani terapi khusus untuk mengurangi rasa tidak percaya tersebut.
Bisa juga mulai membiasakan diri untuk memberikan keyakinan lebih pada orang terdekat dengan mengedepankan empat faktor yakni:
- Kejujuran dan integritas
- Tidak defensif
- Memahami
- Komunikasi langsung
Sebaliknya, jika orang di sekitar kita, baik teman, pasangan maupun keluarga memiliki trust issue, maka cobalah untuk bersikap lebih jujur dan transparan dalam semua interaksi.
Belajarlah untuk tidak terlalu defensif dalam berkomunikasi dengan mereka, menerima dan menghargai perbedaan serta berterus terang dalam berkomunikasi.
Dengan cara ini, kita bisa lebih terbuka sehingga perlahan rasa percaya tersebut akan mulai terbangun.
Itulaharti trust issue plus gejalanya seperti apa yang belakangan populer di kalangan milenial dan Gen Z.
Baca Juga: Arti Mimpi Pacaran Dengan Orang yang Tidak Dikenal, Impian Kandas?