Intisari-online.com - Pemilihan umum (pemilu) pertama di Indonesia diselenggarakan pada tahun 1955, setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang.
Menurut sejarah siapa partai pemenang pemilu pertama di Indonesia?
Pemilu ini merupakan pemilu demokratis, bebas, dan rahasia yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas.
Tujuan pemilu ini adalah untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar negara.
Peserta dan Sistem Pemilu 1955
Pemilu 1955 diikuti oleh 29 partai politik, 4 organisasi massa, dan 3 perorangan yang mewakili berbagai aliran politik, agama, dan kepentingan di Indonesia.
Beberapa partai politik besar yang ikut serta adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan Partai Katolik.
Pemilu 1955 menggunakan sistem proporsional, yaitu sistem yang membagi jumlah kursi di parlemen sesuai dengan persentase suara yang diperoleh oleh masing-masing peserta pemilu.
Pemilu ini juga menggunakan daftar terbuka, yaitu sistem yang memungkinkan pemilih untuk memilih calon anggota parlemen dari partai atau organisasi yang berbeda.
Pemilu 1955 dilaksanakan dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah pemilu untuk memilih anggota DPR yang diadakan pada 29 September 1955.
Baca Juga: Komeng Partai Apa di Pemilu 2024? Ternyata Gara-gara Dua Sosok Ini
Tahap kedua adalah pemilu untuk memilih anggota Konstituante yang diadakan pada 15 Desember 1955.
Jumlah kursi yang diperebutkan adalah 257 kursi untuk DPR dan 514 kursi untuk Konstituante.
Hasil dan Dampak Pemilu 1955
Hasil pemilu 1955 menunjukkan bahwa tidak ada satu partai atau organisasi yang mendapatkan mayoritas suara atau kursi di parlemen.
Empat partai terbesar yang memenangkan pemilu adalah PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Berikut ini adalah tabel yang menampilkan perolehan suara dan kursi dari empat partai tersebut:
Partai | Suara (DPR) | Persen (DPR) | Kursi (DPR) | Suara (Konstituante) | Persen (Konstituante) | Kursi (Konstituante) |
---|---|---|---|---|---|---|
PNI | 8.434.637 | 22,32% | 57 | 9.072.780 | 23,97% | 119 |
Masyumi | 7.903.886 | 20,92% | 57 | 7.756.559 | 20,59% | 112 |
NU | 6.955.157 | 18,41% | 45 | 6.955.157 | 18,47% | 91 |
PKI | 6.176.914 | 16,36% | 39 | 6.233.276 | 16,47% | 80 |
Hal ini menyebabkan kesulitan dalam membentuk pemerintahan yang stabil dan efektif.
Selain itu, hasil pemilu 1955 juga menimbulkan konflik dan persaingan antara partai-partai yang berbeda, terutama antara partai nasionalis, agamis, dan komunis.
Salah satu dampak penting dari pemilu 1955 adalah gagalnya Konstituante dalam menyusun undang-undang dasar negara yang baru.
Baca Juga: Amir Sjarifuddin, Sosok Kontroversial di Balik Pendirian Partai Sosialis Indonesia
Konstituante mengalami kebuntuan dalam menentukan dasar negara, yaitu antara Pancasila atau Islam.
Akhirnya, pada tahun 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden yang membubarkan Konstituante dan mengembalikan UUD 1945 sebagai undang-undang dasar negara.
Pemilu 1955 merupakan pemilu yang bersejarah bagi Indonesia, karena merupakan pemilu pertama yang demokratis dan melibatkan seluruh rakyat Indonesia.
Pemilu ini juga merupakan pemilu terakhir yang menggunakan sistem proporsional dan daftar terbuka.
Pemilu-pemilu berikutnya menggunakan sistem distrik dan daftar tertutup.
Pemilu 1955 juga menunjukkan tantangan dan dinamika politik di Indonesia yang masih berlanjut hingga saat ini.
Demikian, sejarah partai pemenang pemilu pertama di Indonesia.