Intisari-Online.com -Perang Banjar adalah salah satu perang terlama di Nusantara yang berlangsung hampir setengah abad.
Perang ini merupakan perlawanan rakyat Kalimantan Selatan terhadap penjajahan Belanda.
Dua tokoh pejuang,Pangeran Antasari dan Sultan Hidayatullah II, sangat berperan dalam peristiwa Perang Banjar.
Siapa mereka dan apa yang mereka lakukan?
Simak kisahnya dalam artikel ini.
Pangeran Antasari
Melansir Kompas.com,Pemimpin Perang Banjar adalah Pangeran Antasari, keturunan Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah, sultan Banjar ke-10.
Atas jasanya, tokoh pejuang ini mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena melawan penjajah Belanda.
Dengan izin Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Antasari menyerbu tambang batu bara Oranje-Nassau di Pengaron pada 18 April 1859.
Pasukan Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari berhasil menguasai Martapura pada Mei 1859.
Pangeran Antasari terus memperluas wilayah operasinya untuk melawan pasukan Belanda yang lain.
Baca Juga: Sejarah Sasirangan, Kain Khas Suku Banjar di Kalimantan Selatan
Pasukan Pangeran Antasari sempat terpaksa mundur ke Benua Lima setelah Belanda menyerang Martapura.
Pangeran Antasari tidak pernah mau menyerah atau berunding dengan Belanda, yang menawarkan kekayaan dan kekuasaan sebagai imbalan.
Pangeran Antasari dibantu oleh para panglima dan pengikut setianya dalam memberikan perlawanan kepada Belanda.
Belanda sampai menjanjikan hadiah 10.000 gulden bagi siapa saja yang dapat menangkap atau membunuh Pangeran Antasari.
Ketika Sultan Hidayatullah II dibuang ke Jawa oleh Belanda, Pangeran Antasari diangkat sebagai Sultan Banjar.
Namun, Pangeran Antasari hanya sempat menjadi sultan beberapa bulan sebelum ia meninggal karena terkena cacar pada Oktober 1862.
Sultan Hidayatullah II
Sebelum Pangeran Antasari, sosok yang berperan besar dalam Perang Banjar adalahSultan Hidayatullah II.
Sultan Hidayatullah II merupakan cucu Sultan Adam yang menentang Belanda dan memulai Perang Banjarmasin tahun 1859.
Kerajaan Banjar sudah bekerja sama dengan Belanda sejak abad ke-18.
Namun, situasi menjadi panas ketika Belanda ikut campur dalam urusan istana, termasuk dalam hal penobatan sultan.
Baca Juga: 7 Peninggalan Kerajaan Banjar, Termasuk Masjid Tertua di Kalimantan
Sultan Adam wafat pada 1857 dan mewasiatkan cucunya, Pangeran Hidayatullah, sebagai penggantinya.
Tetapi, Belanda malah menunjuk Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar, tanpa persetujuan.
Tamjidillah II juga cucu Sultan Adam, namun ibunya bukan dari keturunan bangsawan, sehingga Pangeran Hidayatullah lebih berhak.
Pangeran Tamjidillah tidak disukai oleh bangsawan dan rakyat Banjar.
Kerajaan Banjar menjadi kacau ketika Prabu Anom, putra Sultan Adam, diusir oleh Belanda ke Jawa.
Hal ini mendorong Pangeran Hidayatullah II untuk bersama-sama rakyat melawan Belanda.
Perang dimulai sekitar April 1859. Dua bulan kemudian, Sultan Tamjidillah II dicopot oleh Belanda karena dianggap tidak mampu mengatur kerajaannya.
Pangeran Hidayatullah kemudian dinobatkan oleh para panglima perang sebagai Sultan Banjar.
Sultan Hidayatullah II tertangkap setelah tertipu oleh Belanda pada awal 1862, dan kemudian diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat.
Perang Banjar adalah salah satu perjuangan heroik yang patut dihormati dan diingat.
Dua tokoh pejuang, Pangeran Antasari dan Sultan Hidayatullah II, telah menunjukkan semangat dan pengorbanan yang luar biasa dalam mempertahankan tanah air mereka.
Peran mereka dalam peristiwa Perang Banjar tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kalimantan Selatan dan Indonesia.
Mari kita menghargai dan meneruskan warisan mereka dengan menjaga persatuan dan kedaulatan bangsa.
Baca Juga: 7 Bukti Peninggalan Kerajaan Banjar, Ada Kitab Fikih Raksasa