Pemerintah dalam hal ini adalah Presiden BJ Habibie masih mengakui PDI pimpinan Soerjadi.
Dalam kongres ini muncul gagasan untuk merujukkan kembali Megawati dengan Soerjadi, namun kedua kubu masih sulit untuk didamaikan.
Hingga pada akhirnya Budi Hardjono terpilih sebagai Ketua Umum DPP PDI setelah nama Megawati tidak dimasukkan dalam daftar calon Ketua Umum.
Pada 8–10 Oktober 1998, kongres PDI pimpinan Megawati diadakan di Bali setelah mendapatkan izin dari Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto.
Kongres ini sebagai jalan untuk mengukuhkan kepemimpinan Megawati di dalam partai berlambang banteng ini dan mendeklarasikan Megawati sebagai calon presiden dalam Pemilu 1999.
Selain itu, kongres memunculkan wacana untuk mengganti nama dan lambang PDI sesuai dengan peraturan untuk ikut dalam pemilu.
14 Februari 1999, Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan perubahan nama dan lambang PDI di Stadion Utama Senayan yang dihadiri 200 ribu simpatisan.
Nama partai pun berubah menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan).
Lambang PDI Perjuangan masih berupa kepala banteng.
Namun, apabila pada lambang lama kepala banteng berada di dalam segi lima, pada lambang baru kepala banteng dengan mata merah dan mulut putih itu berada di dalam lingkaran.
1 September 1999, Sidang Pleno Panitia Pemilihan Indonesia menyebutkan, ada 21 partai politik peserta pemilu yang mendapatkan kursi.
Hanya enam parpol lolos ketentuan electoral threshold, yaitu mendapat lebih dari dua persen kursi DPR.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR