Petani selalu menandai kapan musim dingin akan berganti ke musim semi supaya mereka bisa mulai bercocok tanam.
Sementara itu, para nelayan akan menandai lewat bulan purnama saat air pasang agar bisa memperkirakan kapan waktu yang tepat untuk mulai melaut.
Pergantian musim ini kemudian menjadi salah satu hari penting yang patut dirayakan oleh masyarakat Tionghoa saat itu, karena dipercaya dapat memberikan rezeki.
Selain itu, setiap musim semi datang, rakyat Tionghoa juga memiliki kebiasaan mengucapkan Sin Cin Kiong Hi, yang berarti Selamat Musim Semi Baru.
Perayaan yang disebut Sin Cia atau Festival Musim Semi ini berlangsung dari tanggal 1 bulan pertama (1 Cia Gwee) dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama (15 Cia Gwee).
Berbagai kegiatan yang dilakukan sepanjang perayaan itu adalah sembahyang, makan bersama keluarga, berkumpul bersama kerabat, hingga perayaan Cap Go Meh.
Perayaan ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas seluruh pencapaian sepanjang tahun serta harapan rezeki di tahun yang baru.
Versi lain menyebut bahwa Imlek dirayakan untuk memeringati lahirnya Maha Dewa Giok Hong Sian Tee, yang dipercaya orang Tionghoa paling berkuasa di seluruh alam semesta.
Pada zaman dulu, di China, ada sebuah negara bernama Kuang Yuang Miao Lo, di mana rakyatnya hidup bahagia, karena apa saja yang mereka inginkan pasti akan terkabul.
Rakyat mengira apabila mereka bahagia, maka raja dan ratu yang memimpin tentu akan merasakan hal yang sama.
Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian. Pasalnya, Raja Tsing Teh dan permaisuri nya, Pao Yueh Goat Kuang, justru dilanda kesedihan lantaran belum juga mendapat keturunan.
Raja dan permaisuri pun merasa sangat khawatir karena tidak memiliki penerus untuk melanjutkan kerajaan mereka.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR