Bagaimana Peran Rakyat dalam Revolusi Nasional? Melibatkan Pelajar?

Ade S

Editor

Pertemuan KNIP di Malang, Jawa Timur, untuk menentukan respons atas Perjanjian Linggarjati yang disepakati pada 1947, atau selama periode Revolusi Nasional Indonesia. Upaya mempertahankan kemerdekaan tidak hanya melibatkan militer. Lantas, bagaimana peran rakyat dalam revolusi nasional? Berikut penjelasannya.
Pertemuan KNIP di Malang, Jawa Timur, untuk menentukan respons atas Perjanjian Linggarjati yang disepakati pada 1947, atau selama periode Revolusi Nasional Indonesia. Upaya mempertahankan kemerdekaan tidak hanya melibatkan militer. Lantas, bagaimana peran rakyat dalam revolusi nasional? Berikut penjelasannya.

Intisari-Online.com -Revolusi Indonesia tidak datang dengan cuma-cuma, diperlukan perjuangan pantang menyerah dari segenap pihak untuk mewujudkan kemerdekaan.

Tidak hanya militer dan para tokoh pejuang, tetapi juga melibatkan perjuangan rakyat yang tak kenal kata menyerah.

Lalu sebenarnya, bagaimana peran rakyat dalam revolusi nasional?

Artikel ini akan mengulas bagaimanamasyarakat bahu-membahu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa Revolusi Nasional.

Peran Perempuan

Keterlibatan kaum perempuan tidak lepas dari upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Mereka yang sebelumnya tergabung dalam organisasi wanita buatan Jepang, Fujinkai, bersatu dalam berbagai wadah organisasi perempuan Indonesia.

Para perempuan turut serta berjuang dalam merengkuh kemerdekaan yang hakiki. Mereka menyalurkan tenaganya dalam kepentingan perjuangan, utamanya dalam bidang sosial.

Di Bali misalnya, para perempuan aktif menjalin kontak rahasia dengan rekan-rekan di berbagai kota untuk menyalurkan bantuan ke daerah gerilya.

Para perempuan ini juga terampil dalam meramu berbagai tanaman obat untuk menghadapi situasi perang pada masa itu.

Di bidang pendidikan, perempuan juga memberi pengaruh penting dalam mempertahankan kemerdekaan.

Baca Juga: Bagaimana Dinamika Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dan Siapa saja Aktor yang Terlibat dalam Peristiwa Tersebut?

Pada saat revolusi pecah di Aceh, para perempuan menjadi guru sukarela untuk mendidik anak-anak dan memberantas buta huruf di Sekolah Rendah.

Peran Seniman dan Sastrawan

Berbeda dari militer dan elite, para seniman mengarungi jalan tempuh yang agak berbeda dalam upaya mencapai kemerdekaan.

Keterbatasan pada masa itu tidak menjadi sesuatu yang berarti bagi para seniman menyebarkan semangat perjuangan.

Banyak seniman legendaris pada masa itu yang karyanya masih termasyur hingga saat ini.

Sebut saja Affandi, Dullah, S. Sudjojono, dan Hendra Gunawan. Semuanya merupakan seniman yang aktif menyuarakan dan menyulut api perjuangan lewat karya-karyanya.

Goresan-goresan mereka melalui seni lukis memiliki kesan yang berani dan melawan.

Begitu pun semangat perjuangan ditunjukan pada seni pertunjukan teater dan juga musik. Propaganda guna membakar semangat rakyat terus digaungkan.

Sebut saja lagu “Maju Tak Gentar”, dan Sorak-Sorak Bergembira” yang lahir dalam konteks pertempuran Indonesia melawan prajurit Belanda.

Karya dari para seniman memberikan dampak besar baik pada masa pertempuran hingga kini.

Dari karya-karya mereka kita dapat mempelajari dan juga menghargai perjuangan di waktu itu.

Baca Juga: Bagaimana Kondisi Indonesia di Masa Awal Revolusi? Hancur Lebur?

Peran Pelajar dan Mahasiswa

Perlawanan juga terjadi dalam kelompok pelajar dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Serangkaian gerakan pelajar terjadi di beberapa kota seperti di Surabaya Juli 1945.

Para pelajar setingkat SMP dan SMA berikrar untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di Yogyakarta, diselenggarakan rapat umum yang dihadiri pelajar dari pulau Jawa dan Madura. Magelang juga tak mau kalah, para pelajar di daerah ini membentuk Ikatan Pelajar Indonesia Kedu sebagai bentuk perlawanan kepada penjajah.

Semangat patriotisme dari para pelajar dari berbagai daerah menjadi latar belakang berdirinya organisasi Ikatan Pelajar Indonesia (IPI).

Pengurus IPI ini kemudian menginginkan dibentuknya pasukan tempur dari kelompok pelajar dan membentuk Markas Pertahanan Pelajar (MPP).

Dengan tiga resimen yang tersebar di Pulau Jawa, kemudian pada 17 Juli 1946 pasukan pelajar ini kemudian dilantik oleh dr. Moestopo sebagai Tentara Pelajar.

Selain melakukan kegiatan akademik mereka akhirnya turun langsung ke medan pertempuran pada Agresi Militer Belanda II tergabung dalam jajaran Brigade 17 TNI di bawah kendali Markas Komando Djawa.

Tentara pelajar resmi dibubarkan pada tahun 1959 pasca perang kemerdekaan.

Masing-masing anggotanya diberi penghargaan dan beasiswa untuk studi lanjutan oleh pemerintah.

Demikianlah artikel mengenai bagaimana peran rakyat dalam revolusi nasional. Semoga dapat memperluas cakrawala wawasan dan pengetahuan Anda. (Akbar Gibrani)

Baca Juga: Bagaimana Proses Terbentuknya Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia?

Artikel Terkait