Pengangkutan CO2 dapat dilakukan dengan menggunakan pipa, kapal, kereta api, atau truk tangki, tergantung pada jarak, volume, dan infrastruktur yang tersedia.
Baca Juga: Debat Cawapres Viral Di Media Sosial, Ini Sejarah Debat Capres-cawapres Di Indonesia
Pipa adalah metode pengangkutan yang paling umum digunakan untuk CO2, karena memiliki biaya operasional yang rendah dan dapat mengangkut CO2 dalam jumlah besar.
Namun, pipa memerlukan investasi awal yang tinggi dan membutuhkan perizinan dan regulasi yang ketat.
Kapal adalah alternatif yang lebih fleksibel dan murah untuk mengangkut CO2 melintasi perairan, tetapi membutuhkan fasilitas bongkar muat dan penyimpanan sementara di pelabuhan.
Kereta api dan truk tangki adalah metode pengangkutan yang jarang digunakan untuk CO2, karena memiliki biaya operasional yang tinggi dan kapasitas yang terbatas³.
Penyimpanan CO2
Penyimpanan CO2 adalah tahap akhir dari proses CCS, di mana CO2 yang ditangkap dan diangkut disuntikkan ke dalam formasi geologi yang dalam, atau diubah menjadi karbonat mineral.
Formasi geologi saat ini dianggap sebagai lokasi penyimpanan yang paling menjanjikan.
Laboratorium Teknologi Energi Nasional AS (NETL) melaporkan bahwa Amerika Utara memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup untuk lebih dari 900 tahun produksi CO2 saat ini.
Formasi geologi yang potensial untuk penyimpanan CO2 meliputi ladang minyak dan gas yang terdepleksi, lapisan batu bara yang tidak dapat dieksploitasi, akuifer salin dalam, dan formasi basalt.
Setiap formasi geologi memiliki karakteristik dan kapasitas yang berbeda, serta tantangan dan risiko yang terkait.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR