Beberapa Peristiwa Yang Menjadi Latar Belakang Lahirnya Nasionalisme Indonesia

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Beberapa perisitwa yang menjadi latar belakang lahirnya nasionalisme Indonesia. Peristiwa-perista di luar negeri juga menjadi pengaruh.
Beberapa perisitwa yang menjadi latar belakang lahirnya nasionalisme Indonesia. Peristiwa-perista di luar negeri juga menjadi pengaruh.

Intisari-Online.com -Ada beberapa peristiwa penting yang menjadi latar belakang lahirnya nasionalisme Indonesia.

Ada faktor internal, ada faktor eksternal.

Inilah faktor internal yang menjadi latar belakang gerakan nasionalisme di Indonesia.

1. Pendidikan

2. Kegagalan perjuangan di berbagai daerah

3. Rasa senasib sepenanggungan

4. Perkembangan berbagai organisasi etnik kedaerahan

Sementara inilah faktor eksternal yang melatari pergerakan nasional di Indonesia.

1. Munculnya paham-paham baru di dunia seperti pan Islamisme

2. Nasionalisme

3. Sosialisme

4. Liberalisme

5. Demokrasi.

Beberapa peristiwa seperti kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang 1905 dan perkembangan berbagai organisasi pergerakan nasional di berbagai negara juga menjadi faktor eksternal pendorong pergerakan nasional di Indonesia.

a. Perluasan Pendidikan

Pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis pada tahun 1901, yaitu dalam bidang irigasi/pengairan, emigrasi/transmigrasi, dan edukasi/pendidikan.

Tiga kebijakan tersebut sebenarnya bertujuan memperbaiki kondisi masyarakat yang semakin terpuruk.

Namun, pelaksanaan kebijakan politik Etis tetap lebih berpihak kepada penjajah.

Semakin banyak orang Indonesia berpendidikan modern, yang kemudian mempelopori gerakan pendidikan, sosial, dan politik. Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan para tokoh pemimpin pergerakan nasional Indonesia.

Pendidikan adalah investasi peradaban.

Melalui pendidikan akan tertanamkan pengetahuan dan kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia.

Secara bertahap, mulai masuk abad XX, kesempatan memperoleh pendidikan bagi rakyat Indonesia semakin besar.

Hal ini dipengaruhi kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda melalui Politik Etis (Politik Balas Budi).

Politik kolonial liberal yang memeras rakyat Indonesia menimbulkan keprihatinan sebagian masyarakat Belanda. C. Theodore van Deventer menuangkan kritiknya dalam sebuah majalah de Gids berjudul Een Eereschuld atau Debt of Honour (Hutang Budi/Hutang Kehormatan) yang terbit pada tahun 1899.

Van Deventer mengusulkan agar Belanda melakukan balas budi untuk bangsa Indonesia.

Balas budi yang diusulkan adalah dengan melakukan educatie, emigratie, dan irrigatie (edukasi/pendidikan,emigrasi/perpindahan penduduk, dan irigasi/pengairan).

Kebijakan Politik Etis memungkinkan berdirinya sekolah-sekolah di berbagai daerah di Indonesia.

Mulai abad XX, perkembangan pendidikan yang diselenggarakan swasta juga semakin banyak.

Perkembangan pendidikan bukan hanya diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi juga oleh berbagai organisasi sosial dan keagamaan.

Misionaris (agama Katolik) dan Zending (agama Kristen Protestan) mendirikan berbagai sekolah di pusat-pusat penyebaran agama Kristen.

Di beberapa kota berkembang pendidikan berdasarkan keagamaan, seperti Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan sebagainya.

Sekolah kebangsaan juga tumbuh, seperti Taman Siswa dan sekolahsekolah yang didirikan organisasi pergerakan.

Pendidikan sangat besar peranannya dalam menumbuhkembangkan nasionalisme.

Pendidikan menyebabkan terjadinya transformasi ide dan pemikiran yang mendorong semangat pembaharuan masyarakat.

Pada masa sekarang, harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Kegagalan Perjuangan di Berbagai Daerah

Bangsa Indonesia menyadari berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada masa lalu.

Salah satu penyebab kegagalan perjuangan tersebut adalah perlawanan yang bersifat kedaerahan.

Memasuki abad XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari bersifat kedaerahan, menuju perjuangan yang bersifat nasional.

Bangsa Indonesia menemukan identitas kebangsaan sebagai perekat perjuangan bersama.

Paham kebangsaan atau nasionalisme telah tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat kuat.

Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia ditandai dengan momentum penting, yaitu diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

c. Rasa Senasib Sepenanggungan

Perluasan kekuasaan Barat di Indonesia telah memengaruhi perubahan politik, ekonomi, dan sosial bangsa Indonesia.

Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada bangsa Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah.

Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.

d. Perkembangan Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan

Organisasi pergerakan nasional tidak muncul begitu saja.

Awalnya, organisasi yang berdiri di Indonesia adalah organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan.

Berbagai organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional.

Organisasi etnis banyak didirikan para pelajar perantau di kota-kota besar.

Mereka membentuk perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis.

Beberapa contohnya antara lain Serikat Pasundan serta Perkumpulan Kaum Betawi yang dipelopori oleh M Husni Thamrin.

Selain organisasi etnis, muncul juga beberapa organisasi kedaerahan, seperti Trikoro Dharmo (1915), Jong Java (1915), dan Jong Sumatranen Bond (1917).

Berbagai organisasi bernapaskan keagamaan pada awal abad XX sangat memengaruhi perkembangan kebangsaan Indonesia.

Beberapa organisasi bernapas keagamaan yang muncul pada masa awal abad XX antara lain Jong Islamiten Bond, Muda Kristen Jawi, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS (Persatuan Umat Islam), dan Al-Jamiatul Washiyah.

Jong Islamieten Bond (JIB) didirikan tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta dengan ketua Raden Sam.

Selain sebagai pusat dakwah Islam, JIB juga mengorganisir kegiatan seni, budaya, sosial, penerbitan.

Muda Kristen Jawi dibentuk tahun 1920, yang kemudian berubah namanya menjadi Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK).

Sementara itu, Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta.

Muhammadiyah mempunyai tujuan mengembangkan dakwah Islam, mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah (Hadits), membersihkan praktik keagamaan dari syirik dan bid’ah, serta mengembangkan pendidikan agama dan umum secara modern.

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan oleh para kiai pada tanggal 31 Januari 1926 di Jawa Timur dengan pimpinan pertama KH M. Hasyim Asy’ari.

NU cepat berkembang terutama di Jawa karena basis pesantren yang sangat banyak di Jawa.

Kaum wanita juga aktif berperan dalam berbagai organisasi baik organisasi sosial maupun politik.

Peran serta perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan telah ada sejak dahulu.

Beberapa tokoh pejuang wanita zaman dulu adalah RA Kartini, Dewi Sartika, dan Maria Walanda Maramis.

RA Kartini adalah putri Bupati Jepara Jawa Tengah yang memperjuangkan emansipasi (persamaan derajat) antara laki-laki dan perempuan.

e. Berkembangnya Berbagai Paham Baru

Paham-paham baru seperti pan-Islamisme, nasoonalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia.

Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia.

Berbagai paham tersebut memengaruhi berbagai organisasi pergerakan nasional Indonesia.

f. Berbagai Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri

Berbagai peristiwa di luar negeri yang turut menjadi pendorong pergerakan kebangsaan Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905

Pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan Jepang melawan Rusia.

Rusia adalah bangsa Eropa, sedangkan Jepang adalah bangsa Asia.

Tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia, dan menjadi inspirasi negara negara lain jika orang Asia bisa mengalahkan bangsa Barat.

Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin mampu melawan penjajah.

2. Berkembangnya nasionalisme di berbagai negara

Pada abad XX, negara-negara terjajah di Asia dan Afrika menunjukkan perjuangan pergerakan kebangsaan.

Di India, wilayah jajahan Inggris, muncul pergerakan dengan tokoh-tokohnya Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah.

Di Filipina, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap penjajah Spanyol. DiTiongkok, muncul dr. Sun Yat Sen, yang terkenal dengan gerakan pembaharuannya.

Itulah beberapa peristiwa yang menjadi latar belakang lahirnya nasionalisme Indonesia.

Artikel Terkait