Inilah Wayang Beber, Warisan Budaya yang Merupakan Seni Pertunjukan Tertua di Indonesia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Wayang Beber.
Ilustrasi - Wayang Beber.

Intisari-online.com - Wayang beber adalah salah satu bentuk seni pertunjukan wayang yang sudah ada sejak zaman pra-Islam di Jawa.

Wayang beber menggunakan lembaran kertas atau kain yang bergambar dengan gaya wayang kulit, yang dibentangkan dan diceritakan oleh seorang dalang.

Wayang beber biasanya menceritakan kisah-kisah dari epos Mahabharata, Ramayana, atau Panji, yang merupakan tokoh pahlawan Jawa klasik.

Wayang beber memiliki kemiripan dengan balada Eropa, yang juga menggunakan gambar dan narasi untuk menyampaikan cerita.

Sejarah Wayang Beber

Wayang beber diyakini berasal dari daerah Wengker, yang sekarang menjadi wilayah Ponorogo dan Pacitan.

Daerah ini dikenal sebagai pusat pembuatan kertas daluang, yang merupakan bahan utama wayang beber.

Kertas daluang dibuat dari kulit kayu yang direndam, ditumbuk, dan dikeringkan. Kertas ini kemudian dilukis dengan warna-warna alami, seperti kuning, merah, biru, dan hitam.

Catatan asing pertama mengenai wayang beber berasal dari kitab Ying-Yai-Sheng-Lan, yang ditulis oleh Ma Huan dan Fei Xin, dua utusan dari armada Cheng Ho yang mengunjungi Jawa pada sekitar tahun 1413-1415.

Mereka menyaksikan orang-orang berkerumun mendengarkan seseorang bercerita mengenai gambar-gambar yang ditampilkan pada lembaran kertas yang sebagian tergulung.

Pencerita memegang sebilah kayu yang dipakai untuk menunjuk gambar-gambar yang terdapat pada lembaran tersebut.

Praktik semacam itu masih sama seperti pertunjukan wayang beber pada masa-masa kemudian.

Menurut penuturan dari kalangan pujangga Jawa, wayang beber diawali dari masa Kerajaan Pajajaran.

Namun, setelah Islam menjadi agama utama di Jawa, wayang beber mengalami perubahan bentuk menjadi wayang kulit, yang lebih sesuai dengan ajaran Islam yang tidak menganjurkan bentuk gambar makhluk hidup.

Wayang kulit juga lebih mudah dimainkan dan disimpan daripada wayang beber.

Oleh karena itu, wayang beber mulai jarang dipertunjukkan dan hanya tersisa beberapa koleksi yang dipelihara oleh keturunan dalang.

Baca Juga: Inilah Kebudayaan Indonesia Yang Sudah Diakui Oleh Dunia Internasional Sebagai Warisan Budaya Dunia

Koleksi Wayang Beber

Ada dua koleksi wayang beber pusaka yang dikoleksi secara partikelir oleh keturunan dalang.

Keduanya membawakan cerita Panji, yang merupakan kisah cinta antara Raden Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji, yang terpisah karena berbagai halangan dan akhirnya bersatu kembali.

Cerita Panji sangat populer di Jawa dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak karya sastra dan seni pertunjukan lainnya.

Koleksi pertama adalah wayang beber Karangtalun, yang berasal dari Dukuh Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo, Pacitan.

Wayang ini dibuat di atas kertas daluang yang besar buatan Ponorogo, dan terdiri dari delapan gulungan dengan 31 adegan.

Wayang ini dipelihara oleh keluarga Ki Suratno, yang merupakan keturunan dalang wayang beber terakhir di Pacitan, yaitu Ki Suroto.

Wayang ini masih dipertunjukkan secara rutin setiap tahun pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Koleksi kedua adalah wayang beber Gunungkidul, yang berasal dari Desa Giricahyo, Gunungkidul, Yogyakarta.

Wayang ini dibuat di atas kain katun yang lebih kecil daripada kertas daluang, dan terdiri dari empat gulungan dengan 16 adegan.

Wayang ini dipelihara oleh keluarga Ki Sutiyono, yang merupakan keturunan dalang wayang beber terakhir di Gunungkidul, yaitu Ki Sutiyono.

Wayang ini jarang dipertunjukkan, dan hanya pada saat ada permintaan khusus dari pihak tertentu.

Baca Juga: Mengungkap Misteri Candi Borobudur, Warisan Budaya Kerajaan Mataram Kuno

Nilai Budaya Wayang Beber

Wayang beber merupakan warisan budaya tak benda yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan edukasi yang tinggi.

Wayang beber mencerminkan perkembangan seni dan budaya Jawa sejak zaman pra-Islam hingga masa kerajaan-kerajaan Islam.

Wayang beber juga menampilkan keindahan seni lukis dan seni narasi yang khas Jawa, yang menggabungkan unsur-unsur simbolik, mitologis, dan realistis.

Wayang beber juga mengandung pesan-pesan moral dan etika yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan karakter.

Sayangnya, wayang beber saat ini menghadapi ancaman kepunahan, karena kurangnya minat generasi muda untuk melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan ini.

Selain itu, wayang beber juga membutuhkan perhatian dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, baik dalam hal pemeliharaan, pelestarian, maupun promosi.

Wayang beber merupakan bagian dari identitas dan kekayaan bangsa Indonesia, yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya dunia.

Artikel Terkait