Intisari-Online.com -Semua orang tahu bahwa peristiwa Rengasdengklok menjadi salah satu peristiwa penting yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Tapi tahukah kamu latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok yang bikin Sukarno-Hatta gusar itu?
Secara garis besar, latar belakang terjadinya peristiwaRengasdengklok adalah munculnya beda pendapat antara golongan muda dan tua terkait pelaksanaan proklamasi.
Menurut Sutan Remy Sjahdeini dalam buku Sejarah Hukum Indonesia: Seri Sejarah Hukum (2021), peristiwa Rengasdengklok dimulai dari 14 Agustus 1945.
Persis setelahKaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu karena Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak dibom atom.
Berita kekalahan Jepang tersebut didengar cepat oleh bangsa Indonesia, khususnya para pemuda yang bekerja di kantor Berita Jepang, Domei.
Dikutip dari buku Pendidikan Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-nilai (2020) karya Ardhamo Prakoso dkk, golongan muda yang tergabung dalam Angkatan Muda Indonesia, dipimpin oleh Chaerul Saleh, telah mengetahui berita kekalahan Jepang tersebut.
Mereka lalu mengadakan pertemuan.
Dari pertemuan itu mereka memutuskan bahwaIndonesia harus segera memproklamasikan kemerdekaannya.
Golongan muda berpendapat bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, Bung Karno dan Bungga yang baru kembali dariDalat memenuhi undangan Marsekal Muda Terauchi, belum mengetahui perihal kekalahan Jepang.
Para pemuda kemudianmendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tanpa bentukan Jepang.
Namun, golongan tua yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta, lebih memilih melihat perkembangan selanjutnya.
Sebab, proklamasi kemerdekaan harus terorganisasi dan melalui rapat PPKI yang akan diselenggarakan pada 18 Agustus 1945, sebagaimana yang telah disepakati dalam pertemuan di Saigon.
Pendapat tersebut tidak digubris oleh golongan muda. Mereka tetap bersikeras terhadap prinsipnya.
Sehingga terjadilah perbedaan pendapat di antara golongan muda dan tua.
Pada akhirnya, golongan muda memutuskan untuk mengamankan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, guna menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.
Golongan muda tetap memaksa kedua tokoh tersebut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa campur tangan Jepang. Usaha tersebut masih tidak berhasil.
Soekarno-Hatta masih kekeh terhadap pendiriannya.
Pada waktu yang bersamaan, Achmad Soebardjo mengetahui bahwa Soekarno tidak berada di Jakarta.
Setelah mengetahui bahwa Soekarno diculik golongan pemuda, ia berusaha menyelesaikan permasalahannya.
Terjadi negosiasi di antara golongan muda dan tua, yang pada akhirnya menghasilkan kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan harus diadakan di Jakarta.
Achmad Soebarjo kemudian meminta para pemuda untuk segera memulangkan Soekarno-Hatta ke Jakarta, dan sebagai gantinya, ia menjanjikan untuk segera mengumandangkan proklamasi kemerdekaan tanpa keterlibatan Jepang.
Dengan tercapainya kesepakatan tersebut, Jusuf Kunto dan Achmad Soebarjo dengan didampingi Sudiro berangkat ke Rengasdengklok, menjemput Soekarno-Hatta untuk pulang ke Jakarta.
Bung Karno marah
Ada momen Bung Karno sangat geram dengan golongan muda yang supernekat itu.
Sebelum membawa Bung Karno, mereka sempat berseru pada Sang Proklamator itu.
"Sekarang Bung, sekarang! Malam ini juga kita kobarkan revolusi!" kata Chaerul Saleh.
Chaerul jugamenyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang.
“Kita harus segera merebut kekuasaan!" tukas Sukarni berapi-api.
"Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!" seru mereka bersahutan.
Wikana malah berani mengancam Soekarno.
"Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari," ucap Wikana.
Sontak, Bung Karno langsung marah saat mendengar ancaman dari kelompok pemuda.
Sukarno langsung berdiri dan menghampiri Wikana sambil berkata, "Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!"
Sejenak suasana pun mencekam, semua orang merasa tegang.
Bung Karno tetap bersikeras akan tetap menunggu kejelasan status resmi dari Jepang.
Menurut Soekarno, proklamasi kemerdekaan tidak bisa dilakukan secara gegabah dan harus menunggu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang telah dibentuk.
Dia khawatir akan muncul korban jiwa jika Indonesia mengambil keputusan terburu-buru merdeka.
Pendapat tersebut membuat golongan muda galau menentukan keputusan kapan waktu yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Akhirnya, golongan muda Indonesia kembali melakukan rapat di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini) hari itu juga.
Hasilnya, mereka sepakat untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta agar tak mendapat pengaruh Jepang.
Mereka pun memutuskan untuk menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.
Ädam Malik pada tahun 1970 mengenang saat itu pemuda sepakat bahwa kemerdekaan harus dinyatakan sendiri oleh rakyat.
Jangan menunggu kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.
Saat itu, pasukan Peta telah siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang timbul setelah proklamasi dinyatakan.
Begitulah latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok, sebagai salah satu peristiwa penting menjelang Proklamasi.