Kecewa Lembaganya Tak Bisa Atasi Israel Serang Palestina, Pejabat Tinggi HAM PBB Mundur

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Craig Mokhiber, pejabat tinggi HAM PBB mundur dari jabatannya karena PBB gagal mengatasi Israel yang terus menggempur Palestina.
Craig Mokhiber, pejabat tinggi HAM PBB mundur dari jabatannya karena PBB gagal mengatasi Israel yang terus menggempur Palestina.

Craig Mokhiber, pejabat tinggi HAM PBB mundur dari jabatannya karena PBB gagal mengatasi Israel yang terus menggempur Palestina.

Intisari-Online.com -Kecaman terhadap serangan Israel ke Palestina datang dari penjuru dunia.

Kecaman juga datang dari salah satu petinggi organisasi internasional PBB, dalam hal ini adalahCraig Mokhiber.

Craig merupakanDirektur Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB.

Dia baru saja mengundurkan diridari jabatannya.

Menurut laporan The Guardian pada Selasa (31/10), pengunduran diri itu sebagai protes karena kegagalan PBB dalam menghentikan aksi genosida Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza.

Dia juga menyebut, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan sebagian besar Eropa sepenuhnya terlibat serangan mengerikan tersebut.

"Sekali lagi kita melihat genosida terjadi di depan mata kita dan organisasi yang kita layani tampaknya tidak berdaya untuk menghentikannya," tulis Mokhiber kepada Komisaris Tinggi HAM PBB di Jenewa, Swiss, Volker Turk, Sabtu (28/10/2023).

Melalui surat pengunduran diri, Mokhiber menuliskan, PPB telah gagal mencegah genosida terhadap Tutsi di Rwanda, Muslim di Bosnia, Yazidi di Kurdistan Irak, serta Rohingya di Myanmar.

"Komisaris Tinggi kami gagal lagi," sambung Mokhiber yang mundur setelah mencapai usia pensiun dalam tulisannya, merujuk pada kasus kemanusiaan di Gaza, Palestina.

Kecam AS dan negara Eropa

Craig menekankan, pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Palestina saat ini berakar pada ideologi pemukim kolonial etno-nasionalis.

Sebagai informasi, etno-nasionalisme atau nasionalisme etnik adalah jenis nasionalisme yang mendefinisikan "bangsa" berdasarkan etnik.

Konflik tersebut, menurutnya, merupakan kelanjutan dari penganiayaan dan pembersihan sistematis yang telah berlangsung selama beberapa dekade, sepenuhnya didasarkan pada status mereka sebagai orang Arab.

Dilansir Morocco News, Selasa, surat yang sama juga mengecam AS, Inggris, serta sebagian besar negara Eropa karena gagal memenuhi kewajiban berdasarkan Konvensi Jenewa.

Surat mundurnya Direktur Komisaris Tinggi HAM itu tidak menyebutkan serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023.

Sebaliknya, surat tersebut justru menyerukan agar negara Israel diakhiri secara efektif.

"Kita harus mendukung pembentukan negara sekuler yang demokratis dan tunggal di seluruh wilayah Palestina yang bersejarah, dengan hak yang sama bagi umat Kristen, Muslim, dan Yahudi," tulisnya.

"Dan, oleh karena itu, penghapusan kelompok-kelompok yang sangat rasis dan pemukim proyek kolonial dan mengakhiri apartheid (pemisahan ras) di seluruh negeri," sambungnya.

Telah bekerja untuk PBB sejak 1992, Craig Mokhiber tercatat memegang sejumlah peran penting dalam bidang hak asasi manusia.

Dia memimpin tugas komisaris tinggi dalam merancang pendekatan pembangunan berbasis HAM.

Sosoknya juga pernah bertindak sebagai penasihat senior HAM di Palestina, Afghanistan, dan Sudan.

Tercatat sebagai pengacara dengan spesialisasi dalam hukum hak asasi manusia internasional, Craig Mokhiber pernah tinggal di Gaza pada 1990-an.

Dalam perannya sebagai Direktur Kantor Komisaris Tinggi HAM di New York, Mokhiber tak jarang mendapat kecaman dari kelompok pro-Israel karena komentarnya di media sosial.

Dia dikritik karena memberikan dukungan terhadap gerakan boikot, divestasi (pembebasan), sanksi, serta menuduh Israel melakukan apartheid.

Seorang juru bicara PBB di New York mengonfirmasi mundurnya Craig Mokhiber dari jabatan Direktur Kantor Komisaris Tinggi PBB New York.

"Saya dapat mengonfirmasi bahwa dia akan pensiun hari ini. Dia memberi tahu PBB pada Maret 2023 tentang masa pensiunnya yang akan datang, yang akan berlaku besok," kata juru bicara, Selasa.

"Pandangan dalam suratnya yang dipublikasikan hari ini adalah pandangan pribadinya," lanjutnya.

Sementara itu, menurut juru bicara PBB di New York, posisinya mengenai situasi serius di Wilayah Pendudukan Palestina dan Israel telah tercermin dalam laporan dan pernyataan publik.

Artikel Terkait