Menurut buku Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (2003) karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, titik balik dari penaklukan Konstantinopel terjadi ketika Al-Fatih memutuskan untuk memindahkan kapal perang Utsmani dengan jalur darat untuk menghindari rantai-rantai bawah laut yang dipasang oleh Bizantium untuk menghalangi masuknya kapal-kapal Utsmani ke Tanduk Emas.
Dalam waktu semalam, sekitar 70 kapal berhasil dipindahkan ke Tanduk Emas dan melakukan serangan total ke pusat pertahanan Konstantinopel.
Pada 29 Mei 1453, Al-Fatih bersama pasukan Utsmani dapat merebut Konstantinopel secara keseluruhan.
Dalam buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih dan pasukan Utsmani membawa dampak yang sangat besar bagi dunia Internasional.
Beberapa dampak dari jatuhnya Konstantinopel adalah:
1) Perdagangan internasional dunia yang berpusat di Konstantinopel dapat dikuasai oleh Utsmani.
2) Munculnya era penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa untuk mencari sumber-sumber komoditas perdagangan internasional yang lain
3) Berakhirnya kekuasaan imperium Romawi dan berakhirnya abad pertengahan di Eropa
4) Munculnya gerakan reformasi gereja, renesains dan masa pencerahan di Eropa
Peranan Al-Fatih dalam peristiwa penaklukan Konstantinopel
Peran Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel sangatlah vital dan menentukan.
Ia adalah sultan yang memimpin pasukan Utsmani yang berjumlah 150.000 orang dalam menyerang kota Konstantinopel yang dikuasai oleh Bizantium.
Ia juga merupakan arsitek dari strategi penaklukan yang cerdas dan inovatif, seperti menggunakan meriam Basilika yang memiliki daya tembak yang dahsyat dan memindahkan kapal perang Utsmani dengan jalur darat untuk mengelabui pertahanan Bizantium di Tanduk Emas.
Selain itu, da juga memiliki tim penasihat dan ahli perang yang kompeten dan loyal, seperti Syeh Aaq Syamsudin, Halil Pasha, dan Zaghanos Pasha. Mereka membantu Al-Fatih dalam merancang dan melaksanakan penaklukan Konstantinopel.
Al-Fatih berhasil menguasai Konstantinopel pada 29 Mei 1453 dan mengakhiri kekuasaan Bizantium yang telah berlangsung lebih dari seribu tahun.
Keberhasilannya ini menunjukkan kekuatan dan pengaruh Islam di dunia Internasional dengan menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota baru dari Kekhalifahan Utsmani.
Demikianlah penjelasan peranan Al-Fatih dalam peristiwa penaklukan Konstantinopel. Semoga menambah wawasan Anda.
Baca Juga: Orang Yahudi Layaknya Temukan Surga hingga Muncul Unsur Penting Mistisisme Yahudi
KOMENTAR