Intisari-Online.com -Konstantinopel adalah kota yang sangat berpengaruh di dunia pada zaman pertengahandan menjadi pusat kekuasaan dari Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium.
Namun, pada tahun 1453 Masehi, kota ini jatuh ke tangan pasukan Utsmani yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih.
Artikel ini akan menjelaskan peranan Al-Fatih dalam peristiwa penaklukan Konstantinopel yang mengubah sejarah dunia.
Anda akan mengetahui alasan-alasan, strategi-strategi, dan dampak-dampak dari penaklukan ini.
Anda juga akan mengetahui bagaimana Al-Fatih menunjukkan kekuatan dan pengaruh Islam di dunia Internasional dengan menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota baru dari Kekhalifahan Utsmani.
Latar Belakang dan jalannya penaklukanKonstantinopel
Salah satu peristiwa paling bersejarah yang terjadi di Konstantinopel adalah penaklukannya oleh Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 Masehi.
Al-Fatih memiliki beberapa alasan kuat untuk merebut kota ini dari tangan Bizantium. Alasan-alasan tersebut antara lain:
1) Dinasti Utsmani ingin mengendalikan perdagangan internasional dunia yang melintasi kawasan Konstantinopel
2) Muhammad Al-Fatih ingin menghancurkan dominasi Bizantium di Timur Tengah dan memperluas wilayah kekuasaan Utsmani
3) Menunjukkan kekuatan dan pengaruh Islam di dunia Internasional
Penaklukan Konstantinopel dimulai pada 6 April 1453 Masehi.
Al-Fatih memimpin pasukan Utsmani yang berjumlah 150.000 orang dengan persenjataan yang canggih untuk masa itu, seperti meriam Basilika yang mampu menembakkan peluru seberat 544 kg.
Al-Fatih juga dibantu oleh para penasihat dan ahli perang yang handal, seperti Syeh Aaq Syamsudin, Halil Pasha, dan Zaghanos Pasha.
Mereka adalah orang-orang terpercaya Al-Fatih dalam merancang strategi penaklukan Konstantinopel.
Pertempuran Konstantinopel 1453 berlangsung di tiga medan, yaitu darat, laut dan bawah tanah.
Pertempuran darat terjadi di sekeliling benteng Konstantinopel yang memiliki tembok tebal dan tinggi.
Sementara itu, pertempuran laut berlangsung di perairan Tanduk Emas, sebuah teluk yang membelah kota Konstantinopel menjadi dua bagian.
Selain itu, pertempuran bawah tanah dilakukan melalui penggalian terowongan oleh pasukan Utsmani untuk melemahkan struktur benteng Konstantinopel.
Penaklukan Konstantinopel tidak berjalan mudah bagi pasukan Utsmani.
Selama beberapa minggu, mereka belum bisa menembus atau merobohkan benteng Konstantinopel.
Menurut buku Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (2003) karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, titik balik dari penaklukan Konstantinopel terjadi ketika Al-Fatih memutuskan untuk memindahkan kapal perang Utsmani dengan jalur darat untuk menghindari rantai-rantai bawah laut yang dipasang oleh Bizantium untuk menghalangi masuknya kapal-kapal Utsmani ke Tanduk Emas.
Dalam waktu semalam, sekitar 70 kapal berhasil dipindahkan ke Tanduk Emas dan melakukan serangan total ke pusat pertahanan Konstantinopel.
Pada 29 Mei 1453, Al-Fatih bersama pasukan Utsmani dapat merebut Konstantinopel secara keseluruhan.
Dalam buku Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern (2012) karya Wahjudi Djaja, penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih dan pasukan Utsmani membawa dampak yang sangat besar bagi dunia Internasional.
Beberapa dampak dari jatuhnya Konstantinopel adalah:
1) Perdagangan internasional dunia yang berpusat di Konstantinopel dapat dikuasai oleh Utsmani.2) Munculnya era penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa untuk mencari sumber-sumber komoditas perdagangan internasional yang lain3) Berakhirnya kekuasaan imperium Romawi dan berakhirnya abad pertengahan di Eropa4) Munculnya gerakan reformasi gereja, renesains dan masa pencerahan di Eropa
Peranan Al-Fatih dalam peristiwa penaklukan Konstantinopel
Peran Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel sangatlah vital dan menentukan.
Ia adalah sultan yang memimpin pasukan Utsmani yang berjumlah 150.000 orang dalam menyerang kota Konstantinopel yang dikuasai oleh Bizantium.
Ia juga merupakan arsitek dari strategi penaklukan yang cerdas dan inovatif, seperti menggunakan meriam Basilika yang memiliki daya tembak yang dahsyat dan memindahkan kapal perang Utsmani dengan jalur darat untuk mengelabui pertahanan Bizantium di Tanduk Emas.
Selain itu, da juga memiliki tim penasihat dan ahli perang yang kompeten dan loyal, seperti Syeh Aaq Syamsudin, Halil Pasha, dan Zaghanos Pasha. Mereka membantu Al-Fatih dalam merancang dan melaksanakan penaklukan Konstantinopel.
Al-Fatih berhasil menguasai Konstantinopel pada 29 Mei 1453 dan mengakhiri kekuasaan Bizantium yang telah berlangsung lebih dari seribu tahun.
Keberhasilannya ini menunjukkan kekuatan dan pengaruh Islam di dunia Internasional dengan menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota baru dari Kekhalifahan Utsmani.
Demikianlah penjelasan peranan Al-Fatih dalam peristiwa penaklukan Konstantinopel.Semoga menambah wawasan Anda.
Baca Juga: Orang Yahudi Layaknya Temukan Surga hingga Muncul Unsur Penting Mistisisme Yahudi