Kotawaringin Barat ini juga menjadi salah satu daerah terbanyak ditinggali oleh masyarakat suku Dayak serta termasuk salah satu masyarakat yang juga meninggali rumah adat Betang Pasir Panjang.
Hingga kini rumah adat ini juga masih tetap dihuni untuk dapat menjaga kelestariannya.
Secara arsitektur, rumah Betang Pasir Panjang memiliki ukuran yang lebih besar dengan atap yang menjulang tinggi.
Pintu masuk dari rumah Betang Pasir Panjang ini juga berada pada sisi sampingnya serta bukan terdapat pada sisi yang memanjang seperti pada rumah adat pada umumnya.
Karena ukurannya yang besar, pondasi serta struktur penyangga kayunya juga terlihat lebih kokoh untuk menopang seluruh bangunannya yang berat.
Rumah Betang Toyoi
Rumah adat Betang Toyoi diambil dari nama yang berasal dari seseorang yang membangun rumah adat ini, yaitu Toyoi Panji.
Rumah ini juga terletak di Desa Rumbang Malahoi dan masih belum diketahui kapan pertama kali dibangun.
Betang selain berfungsi sebagai tempat tinggal, juga difungsikan sebagai area tinggal secara pluralisme yang menghargai perbedaan keyakinan dari tetangga yang ada di dalamnya.
Di dalam Betang Toyoi, masyarakat juga belajar untuk saling menghargai kerukunan antaragama yang berbeda.
Rumah adat Betang Toyoi dibangun menggunakan dari kayu ulin yang tahan lama.
Salah satu kelebihan dari kayu ulin ialah mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Rumah adat ini juga dibuat tak dengan menggunakan kayu sama sekali namun memiliki ketahanan yang tinggi terhadap berbagai bencana yang mungkin hadir seperti gempa.
Rumah ini juga tetap kuat berdiri meskipun dihuni oleh lebih dari 10 keluarga di dalamnya.
Tiang pada area dalam rumah adat Betang Toyoi memiliki bentuk persegi yang terlihat sangat unik.
Meskipun demikian rumah ini dibangun tanpa memanfaatkan teknologi maju, keunikannya sendiri dapat terlihat pada setiap sudut areanya.
Rumah Lamin
Rumah Lamin merupakan rumah adat suku Dayak Kenyah dengan bentuk memanjang serta bertipe panggung.
Dengan panjang mencapai 200 meter serta jarak kolong rumah sekitar 3 meter, rumah ini juga dihuni beberapa keluarga yang kemudian dipisahkan dengan ruangan masing-masing.
Bagian depan rumah Lamin juga berguna untuk menerima tamu serta difungsikan sebagai tempat berbagai upacara adat, sementara pada bagian belakangnya berisi kamar-kamar dengan ukuran yang sangat luas.
Rumah lamin juga ditopang tiang-tiang besar dengan ukiran motif khas suku Dayak untuk dapat menghalau roh jahat.
Lantai rumah ini juga terdiri dari sejumlah balok kayu yang kemudian tersusun rapi dengan pintu masuk dari samping yang terhubung dengan anak tangga.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR