Intisari-online.com -Maluku Tenggara kembali diguncang gempa bumi pada Rabu, 18 Oktober 2023 pukul 13.33 WIB.
Gempa bumi tersebut berkekuatan magnitudo 4,2 dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi tersebut terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menyebabkan gesekan antara lempeng benua dan lempeng samudra.
Subduksi adalah proses dimana lempeng tektonik yang lebih berat menyelam ke bawah lempeng tektonik yang lebih ringan.
Proses ini dapat menghasilkan gempa bumi, gunung berapi, dan pegunungan.
Lokasi episentrum gempa bumi tersebut adalah 227 km barat daya Maluku Tenggara dengan koordinat 5.68 LS dan 130.69 BT.
Pusat gempa bumi berada di kedalaman 128 km di bawah permukaan laut.
Kedalaman ini membuat gempa bumi tidak berpotensi tsunami, karena energinya tidak cukup untuk menggerakkan air laut.
Dampak gempa bumi tersebut belum diketahui secara pasti, namun BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada.
BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa bumi.
Masyarakat diharapkan untuk mengikuti informasi resmi dari BMKG dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab.
Baca Juga: Astaga, Ada Gempa Bumi Magnitudo 4.0 di Liwa, Lampung Barat Akibat Subduksi Lempeng Indo-Australia
Selain subduksi lempeng Indo-Australia, gempa bumi di Kepulauan Maluku juga dipengaruhi oleh dua faktor lain.
Yaitu kolisi lempeng Eurasia dan Lempeng Laut Maluku di utara kepulauan tersebut, serta deformasi batuan dalam Lempeng Laut Maluku yang terjadi akibat gesekan antarlempeng.
Kolisi lempeng Eurasia dan Lempeng Laut Maluku terjadi di sepanjang Pegunungan Halmahera, yang merupakan hasil dari proses tektonik yang berlangsung selama jutaan tahun.
Kolisi ini menyebabkan terjadinya lipatan, patahan, dan pergeseran batuan di daerah tersebut, yang dapat memicu gempa bumi.
Deformasi batuan dalam Lempeng Laut Maluku terjadi akibat perbedaan arah gerak antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.
Hal ini menyebabkan terjadinya pergerakan geser atau strike-slip di dalam lempeng, yang juga dapat menghasilkan gempa bumi.
Contoh gempa bumi yang disebabkan oleh deformasi batuan ini adalah gempa bumi magnitudo 7,1 yang terjadi pada 18 Januari 2023⁴.
Gempa bumi di Kepulauan Maluku memiliki karakteristik yang beragam, mulai dari gempa dangkal hingga gempa dalam, dari gempa kecil hingga gempa besar, dari gempa tektonik hingga gempa vulkanik.
Gempa bumi di daerah ini juga berpotensi menimbulkan tsunami, terutama jika pusatnya berada di dekat pantai atau memiliki mekanisme pergerakan naik-turun.
Oleh karena itu, masyarakat di Kepulauan Maluku harus selalu waspada dan siap menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami.