Intisari-online.com - Konflik antara Hamas dan Israel merupakan salah satu konflik terpanjang dan terdarah di dunia.
Konflik ini bermula dari perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan diri dari penjajahan Israel, yang didukung oleh gerakan Islamis Hamas.
Berikut adalah kronologi konflik antara Hamas dan Israel sejak tahun 1987 hingga saat ini:
1987, Hamas didirikan sebagai sayap militer dari Gerakan Perlawanan Islam (Islamic Resistance Movement), yang bergerak di bawah naungan organisasi Islam Fraksi Palestina (Palestinian Islamic Faction).
Hamas bertujuan untuk menghancurkan Israel dan mendirikan negara Islam di wilayah Palestina.
1987-1993, Hamas berpartisipasi dalam Intifada Pertama, sebuah pemberontakan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Hamas melakukan serangan bom bunuh diri, penembakan, dan pembunuhan terhadap tentara dan warga sipil Israel.
1993, Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menandatangani Perjanjian Oslo, yang mengakui hak Palestina untuk memiliki otonomi terbatas di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Hamas menolak perjanjian ini dan melanjutkan serangan terhadap Israel.
2000-2005 Hamas berpartisipasi dalam Intifada Kedua, sebuah gelombang kekerasan baru yang dipicu oleh kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi umat Islam dan Yahudi.
Hamas meningkatkan frekuensi dan intensitas serangan bom bunuh diri, roket, dan mortir terhadap Israel.
Baca Juga: Inilah Sejarah Berdirinya Hamas, Kelompok Milisi Palestina Yang Terus-terusan Bikin Repot Israel
2005, Israel menarik diri dari Jalur Gaza, sebuah wilayah yang dikuasai oleh Hamas sejak tahun 1994.
Hamas mengklaim kemenangan atas penarikan ini dan menganggapnya sebagai bukti kegagalan Israel dalam menghadapi perlawanan rakyat Palestina.
2006, Hamas memenangkan pemilihan umum di Palestina, mengalahkan partai Fatah yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas.
Hamas membentuk pemerintahan sendiri di Jalur Gaza, sementara Fatah tetap menguasai Tepi Barat. Hal ini menimbulkan perselisihan politik dan militer antara kedua faksi Palestina.
2007, Hamas mengambil alih Jalur Gaza secara paksa dari Fatah, setelah pertempuran sengit yang menewaskan ratusan orang.
Hal ini memicu embargo ekonomi dan politik dari Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Arab terhadap Hamas.
Jalur Gaza menjadi wilayah yang terisolasi dan miskin.
2008-2009 Israel melancarkan operasi militer besar-besaran bernama Operasi Timbal Balik (Operation Cast Lead) untuk menghentikan serangan roket dari Hamas.
Operasi ini berlangsung selama 22 hari dan menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, serta 13 orang Israel.
2012 Israel melancarkan operasi militer lain bernama Operasi Tiang Pertahanan (Operation Pillar of Defense) untuk menghentikan serangan roket dari Hamas.
Operasi ini berlangsung selama delapan hari dan menewaskan lebih dari 160 orang Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, serta enam orang Israel.
2014, Israel melancarkan operasi militer terbesar bernama Operasi Batas Pelindung (Operation Protective Edge) untuk menghentikan serangan roket dari Hamas.
Operasi ini berlangsung selama 50 hari dan menewaskan lebih dari 2.200 orang Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, serta 73 orang Israel.
2021, Konflik antara Hamas dan Israel kembali memanas setelah Israel mengusir beberapa keluarga Palestina dari rumah mereka di Sheikh Jarrah, sebuah lingkungan di Yerusalem Timur.
Hamas membalas dengan meluncurkan ratusan roket ke Israel, sementara Israel membalas dengan melakukan serangan udara ke Jalur Gaza.
Konflik ini menewaskan lebih dari 250 orang Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, serta 13 orang Israel.
2023, Hamas dan Israel kembali bertempur setelah Israel membunuh seorang komandan militer Hamas di Jalur Gaza.
Hamas membalas dengan meluncurkan ribuan roket ke Israel, sementara Israel membalas dengan melakukan serangan udara dan darat ke Jalur Gaza.
Konflik ini menewaskan lebih dari 300 orang Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, serta 15 orang Israel.
Salah satu faktor yang mempengaruhi konflik antara Hamas dan Israel adalah sistem pertahanan udara yang dikembangkan oleh Israel bernama Iron Dome.
Iron Dome adalah sebuah sistem yang mampu mendeteksi dan mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza sebelum mencapai wilayah Israel.
Iron Dome dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara tercanggih di dunia, yang mampu menghentikan sekitar 90% roket yang diluncurkan oleh Hamas.
Baca Juga: Israel Balas Serangan Hamas, Lebih dari 230 Warga Palestina Tewas
Namun, Iron Dome tidak selalu berhasil menahan serangan roket dari Hamas.
Pada serangan terakhir di tahun 2023, Hamas berhasil menembus pertahanan Iron Dome dengan menggunakan roket yang lebih cepat, akurat, dan banyak.
Roket-roket Hamas menghantam beberapa kota besar di Israel, seperti Tel Aviv, Haifa, dan Yerusalem, serta menyebabkan kerusakan dan korban jiwa yang signifikan.
Konflik antara Hamas dan Israel masih berlanjut hingga saat ini, tanpa ada tanda-tanda akan berakhir.
Kedua belah pihak masih saling menuduh dan menyerang, sementara upaya perdamaian dari dunia internasional masih belum membuahkan hasil.
Konflik ini telah menimbulkan penderitaan dan kematian bagi rakyat Palestina dan Israel, serta mengancam stabilitas dan keamanan di Timur Tengah.