Pada dini hari menjelang subuh, tiga truk yang yang dipenuhi tentara berangkat menuju rumah MT Haryono di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Sesampainya di lokasi, Sersan Boengkoes, yang menjadi komandan peleton, turun lebih dulu untuk mengetuk pintu rumah MT Haryono.
Pintu tersebut dibuka oleh istri MT Haryono.
Boengkoes pun mengatakan jika MT Haryono harus menghadap ke Presiden Soekarno sekarang juga.
Istri Haryono mengatakan bahwa suaminya akan segera menyusul, dan meminta para prajurit berangkat ke Istana terlebih dahulu.
Namun, Boengkoes tetap bersikeras menunggu.
Haryono pun segera merebut selongsong salah satu tentara yang masuk ke kamarnya.
Namun Haryono ditembak oleh Sersan Boengkoes. Haryono masih hidup saat itu.
Namun dalam perjalanannya menuju kediaman Soekarno, Haryono tewas.
Haryono bersama dua perwira TNI-AD lain, yakni Jenderal Ahmad Yani dan Mayjen D.I. Pandjaitan, dibawa dalam keadaan sudah tak bernyawa pada 1 Oktober 1965.
Pada 3 Oktober, tiga mayat jenderal itu ditemukan di dalam sumur di Lubang buaya.
Empat jasad jenderal lainnya juga ditemukan di situ.
Atas perkara tersebut, Sersan Mayor Boengkoes dipenjara di LP Cipinang selama 33 tahun.
Dia dibebaskan dari LP Cipinang pada tanggal 25 Maret 1999.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR