Menurut sejarawan Salim Said dalam buku Menyaksikan 30 tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016), nasib Sarwo senahas dua "king maker" (sosok yang membuat orang lain jadi raja) lainnya, yakni Letnan Jenderal Kemal Idris dan Mayor Jenderal HR Dharsono. “Cerita yang beredar waktu itu adalah bahwa dalam penyingkiran Sarwo, Ali Moertopo memainkan peranan besar,” tulis Salim.
Salim bercerita bahwa ia mendengar dari Sarwo yang baru pulang dari menjenguk Soeharto di Cendana. Sarwo, yang pernah menjadi Panglima Kodam Bukit Barisan (1967-68), dirumorkan berkeinginan untuk menggulingkan Soeharto.
Sarwo menanyakan hal ini kepada Soeharto saat bertemu dengannya, tapi Soeharto hanya tersenyum dan tidak menjawab. Salim mengungkapkan bahwa sumber tuduhan itu adalah Ali Moertopol, seorang perwira intelijen yang dekat dengan Soeharto.
Selain itu, Soeharto juga tidak menyukai Sarwo karena alasan mistis. Menurut Soeharto, Sarwo memiliki aura kembar matahari yang menandakan ambisi untuk menjadi penguasa dan mengancam posisinya. Hal ini membuat karir Sarwo di militer terhambat.
Belum lagi, pada awal-awal penumpasan PKI, Soeharto pernah sangat marah dan curiga kepada Sarwo. Pasalnya, Sarwo sempat bertemu dengan Presiden Soekarno di Istana Bogor tanpa sepengetahuan Soeharto.
Bapak Orde Baru ini curiga, Sarwo Edhie punya rencana tersembunyi di belakangnya.
Sementara itu , Salim jyga menulis dua versi kisah tentang mengapa Soeharto tidak menyukai Sarwo.
Versi pertama, berdasarkan keterangan istri Sarwo, Sunarti: “Pak Harto tidak suka bapak (Sarwo) karena pernah ke Bogor. Pak Harto menganggap Anda sebagai orang yang serakah.”
Versi kedua, berdasarkan cerita Daud Sinjal, mantan General Manager Harian Sinar Harapan. Sarwo itu sahabat Yan, tapi Soeharto benci Yan, kata Daud.
Said menambahkan, Sarwo tidak segera memberitahu Soeharto ketika Yan meninggal. Malah, ia menghadap Menteri Pertahanan Abdul Haris Nasuti.
Baca Juga: Gerakan 30 September: Hilangnya Catatan Jujur Sarwo Edhi Wibowo dan Surat Pengakuan Aidit
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR