Upacara ditutup dengan minum jamu sorongan, yang melambangkan agar anak yang dikandung akan mudah saat dilahirkan.
Upacar tingkeban dilakukan dengan tujuan sebagai sarana berdoa agar jabang bayi yang ada dalam kandungan selalu diberi kesehatan.
Selain itu, masyarakat Jawa juga meyakini tingkeban harus dilaksanakan agar ibu dan anak dalam kandungan terhindar dari malapetaka.
Upacara tingkeban juga mengandung makna solidaritas primordial yang berkaitan dengan adat-istiadat yang sudah turun-temurun.
Bagi masyarakat Jawa, mengabaikan adat akan menimbulkan celaan dan nama buruk bagi keluarga.
Oleh karena itu, meninggalkan tingkeban tidak hanya melanggar etik status sosial, namun juga tidak menghormati tatanan para leluhur.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR