Di sana, ia mulai tertarik dengan dunia politik dan gerakan nasionalisme.
Ia bergabung dengan organisasi pelajar seperti Jong Islamieten Bond (JIB) dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).
Pada tahun 1941, DN Aidit pindah lagi ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya di Algemene Middelbare School (AMS).
Di sana, ia bertemu dengan tokoh-tokoh nasionalis seperti Sukarno, Hatta, Tan Malaka, dan Musso.
Ia juga bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang dipimpin oleh Sukarno.
Pada tahun 1942, Jepang menginvasi Indonesia dan membubarkan semua partai politik.
DN Aidit kemudian bergabung dengan gerakan bawah tanah yang menentang penjajahan Jepang.
Ia juga mulai mendalami ideologi komunisme dan bergabung dengan PKI.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, DN Aidit menjadi salah satu pemimpin PKI yang berjuang melawan Belanda dan sekutunya.
Ia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNI).
Pada tahun 1951, DN Aidit terpilih sebagai ketua umum PKI menggantikan Musso yang tewas dalam pemberontakan Madiun pada tahun 1948.
Baca Juga: Sosok Muda NU Penantang Keganasan PKI yang Namanya Hilang dari Sejarah
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR