Virus Nipah Telah Serang India, Bisakah Sampai Indonesia? Ini Gejala, Penularan, Dan Pencegahannya

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Dua orang meninggal dunia di India karena terserang virus Nipah. Ada beberapa jegala, penularan, dan pencegahan yang harus kamu ketahui tentang virus ini.
Dua orang meninggal dunia di India karena terserang virus Nipah. Ada beberapa jegala, penularan, dan pencegahan yang harus kamu ketahui tentang virus ini.

Dua orang meninggal dunia di India karena terserang virus Nipah. Ada beberapa jegala, penularan, dan pencegahan yang harus kamu ketahui tentang virus ini.

Intisari-Online.com -Wabah virus Nipah telah menyerang India, persisnya di Negara Bagian Kerala di India selatna.

Dua orang dikabarkan meninggal karena virus tersebut.

Sekolah-sekolah pun sudah ditutup untuk mencegah penyebarannya.

Virus Nipah sendiri merupakan virus yangdapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh kelelawar atau babi yang terinfeksi.

Pertanyaannya, akankah virus ini sampai di Indonesia?

Epidemiologi Griffith University Austria Dicky Budiman menjelaskan, virus Nipah termasuk virus yang sangat patogenik dan berpotensi menyebabkan pandemi.

Potensi tersebut semakin besar karena penyakit tersebut belum ada obat serta vaksinnya sehingga sulit dikendlikan.

Walaupun begitu, potensi virus tersebut menyebar ke berbagai wilayah saat ini masih jauh.

"Potensinya untuk menyebar saat ini masih jauh, namun untuk di Kerala saat ini semakin serius," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/9/2023).

Menurut Dicky, potensi penyebaran virus tersebut di Indonesia juga ada.

Sebab, virus Nipah juga pernah ditemukan di Malaysia.

Virus ini pertama kali terdeteksi di Negeri Jiran pada 1998.

Selain itu, secara umum virus Nipah juga memang berpotensi muncul di wilayah ASEAN.

"Sebetulnya potensinya di ASEAN untuk terjadinya Nipah virus ada karena kelelawar buah di wilayah kita ada," ucap Dicky.

Apalagi, kemampuan Indonesia dinilai Dicky masih lemah terutama dalam mengatasi suatu infeksi baru.

"Titik lemah kita sebagai negara yang luas, kaya akan alam liarnya," ujarnya.

"Apalagi, virus Nipah bisa ditularkan dari manusia ke manusia," sambungnya.

Karena itulah Dicky mengimbau agar dilakukan penguatan di pintu masuk-pintu masuk negara.

"Kalau ada orang yang dideteksi sensor demam (di pintu masuk negara) maka harus dicek, ada gejala lain nggak pada tubuhnya. Kemudian, dipastikan orang tersebut berasal dari negara mana serta dicek apakah orang tersebut memiliki kelainan di kulit atau tidak," ujarnya.

Jika menemukan orang yang menunjukkan gejala dan berasal dari negara yang memang tengah mengalami outbreak, mekanisme isolasi harus tetap dilakukan.

"Mekanisme isolasi harus dijaga keberadaannya, fungsi, dan konsistensinya," tandas Dicky.

Dia juga mengingatkan karakteristik virus Nipah adalah wabah yang dapat menyebabkan nosokomial atau sebarannya dapat terjadi di layanan kesehatan atau rumah sakit.

Oleh karena itu, perlu ada kontrol pada fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan harus lebih aware terhadap kejadian wabah.

Kenali gejala, penularan, dan pencegahannya

Virus Nipah, menular dari hewan ke manusia Virus Nipah atau NiV pertama kali teridentifikasi di kalangan peternak babi di Malaysia pada 1999.

Kala itu, para pekerja diduga tertular virus melalui ternak yang terinfeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, tingkat kematian akibat virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen.

Badan kesehatan ini pun telah memasukkan infeksi Nipah ke dalam daftar penyakit prioritas karena berpotensi menjadi epidemi.

Termasuk zoonosis, virus ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia, terutama dari kelelawar atau babi.

Inang alami virus Nipah adalah kelelawar buah atau kerap disebut sebagai flying fox.

Kelelawar buah, dari keluarga Pteropodidae, sering hinggap di pepohonan dan secara tidak sengaja menyebarkan virus ke manusia melalui makanan seperti buah yang terkontaminasi.

Hewan peliharaan, termasuk kuda, kucing, dan anjing juga dapat tertular serta menyebarkan infeksi.

Namun demikian, virus ini dianggap paling sering menginfeksi babi, sehingga dapat menularkan virus ke manusia yang melakukan kontak dengan cairan atau jaringan tubuhnya.

Infeksi mematikan ini pun dapat menular dari manusia ke manusia, melalui cairan tubuh orang yang terinfeksi.

Menurut catatan WHO, sebagian besar wabah pertama di Malaysia dan Singapura disebabkan kontak langsung dengan babi yang sakit.

Sementara itu, wabah berikutnya yang terjadi di Bangladesh dan India pada 2001, dipicu oleh konsumsi buah-buahan atau produk buah yang terkontaminasi urine maupun air liur kelelawar buah.

Gejala virus Nipah yang menginfeksi manusia

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan, infeksi virus Nipah dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat, termasuk potensi kematian.

Gejala akan muncul dalam kurun waktu 4-14 hari setelah terpapar virus Nipah.

Biasanya, gejala diawali dengan demam dan sakit kepala selama 3-14 hari, disertai tanda-tanda penyakit pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.

Lambat laun, penderita dapat mengalami fase peradangan otak atau ensefalitis, dengan gejala termasuk mudah kantuk dan disorientasi.

Jika mengalami ensefalitis, kondisi penderita dengan cepat dapat berkembang menjadi koma hanya dalam waktu 24-48 jam.

Berikut beberapa gejala awal infeksi virus Nipah:

- Demam

- Sakit kepala

- Batuk Sakit tenggorokan

- Sulit bernapas Muntah.

Gejala dapat berkembang semakin parah, seperti:

- Ensefalitis

- Disorientasi, mengantuk, atau kebingungan

- Kejang

- Koma.

Penyintas infeksi virus Nipah dapat mengalami efek samping jangka panjang seperti kejang terus-menerus dan perubahan kepribadian.

Pencegahan penularan virus

Nipah Hingga saat ini, belum tersedia vaksin untuk melawan maupun mencegah infeksi virus Nipah.

Namun, berdasarkan pengalaman selama wabah Nipah di Malaysia, pembersihan dan disinfeksi peternakan secara rutin dan menyeluruh mungkin efektif mencegah infeksi.

Menurut WHO, sejumlah wilayah mungkin berisiko terinfeksi karena menjadi habitat beberapa spesies kelelawar, seperti Australia, Bangladesh, Kamboja, China, India, Indonesia, Madagaskar, Malaysia, Papua Nugini, Thailand, dan Timor Leste.

Lantaran belum ada vaksin, satu-satunya cara untuk mengurangi atau mencegah infeksi pada manusia adalah meningkatkan kesadaran akan faktor risiko virus Nipah.

Berikut sejumlah cara mengurangi risiko infeksi NiV:

- Menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung saat menangani hewan sakit atau melakukan prosedur penyembelihan.

- Sebisa mungkin, hindari kontak dengan babi yang terinfeksi.

- Di daerah endemik, saat akan membangun peternakan babi baru, pertimbangkan keberadaan kelelawar di lingkungan sekitar.

- Cuci buah-buahan sampai bersih sebelum dikonsumsi.

- Buang dan jangan konsumsi buah-buahan dengan bekas gigitan kelelawar.

- Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi virus Nipah.

Cuci tangan secara teratur, terutama setelah merawat atau menjenguk orang sakit.

Itulah beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang virus Nipah yang sekarang telah menyerang India.

Artikel Terkait