Namun pendapat lain percaya bahwa keduanya adalah dua orang yang berbeda, Dalam hal orang yang dipercaya sebagai Satria Piningit belum tentu bisa menjadi Ratu adil.
Ratu Adil memiliki kualitas istimewa yang disebut Hastabrata, yaitu delapan karakteristik yang disimbolkan oleh matahari, bulan, bintang, bumi, laut, angin, api dan air.
Dalam sejarah Jawa, ada beberapa contoh tokoh yang berasal dari latar belakang sederhana atau tak terduga, yang berhasil bangkit, merebut kekuasaan, dan menjadi Ratu.
Tokoh-tokoh ini antara lain adalah Airlangga Raja Kahuripan, Ken Angrok pendiri Dinasti Rajasa Singhasari, dan Raden Wijaya pendiri Majapahit.
Dalam tradisi kejawen, dipercaya bahwa beberapa peristiwa telah ditakdirkan oleh para dewa, sang ilahi atau Tuhan Yang Maha Esa.
Dipercaya bahwa pada saat bahaya besar dan ketidakadilan, seorang pahlawan akan datang dan mengembalikan ketertiban suci.
Ini mengingatkan pada fungsi avatar Vishnu dalam Hinduisme, atau bodhisatva Maitreya dalam Buddhisme.
Setelah menganut agama Islam, tradisi lokal mengambil sosok Imam Mahdi sebagai tokoh mesianik dalam Islam.
Dengan demikian, dari perspektif Jawa, Ratu Adil adalah versi mereka sendiri dari Mesias atau Pemimpin Agung yang Adil yang akan menyelamatkan rakyat dari ketidakadilan dan mengembalikan ketertiban di Jawa atau secara luas di Nusantara.
Ramalan tentang Ratu Adil sering dimanfaatkan oleh para pemimpin nasionalis awal Indonesia.
Ramalan ini juga berbicara tentang kemunduran kaum ningrat sebagai penguasa yang mapan. Mantel Ratu Adil telah diberikan kepada sejumlah orang dalam sejarah Indonesia baru-baru ini, termasuk Pangeran Diponegoro, Sultan Hamengkubuwono IX, Tjokroaminoto, Presiden Sukarno , dan perwira militer Belanda Raymond Westerling (Legion of the Just Ruler).
Baca Juga: Apa Hubungan Ganjar Pranowo dengan Ramalan Kuno tentang Pemimpin Indonesia?
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR