Pada 30 Oktober 1945, terjadi peristiwa yang memicu eskalasi pertempuran, yaitu pembunuhan Mallaby oleh seorang pemuda yang tidak diketahui identitasnya.
Pihak Britania menganggap bahwa pembunuhan ini adalah tindakan terorisme yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), sedangkan pihak Indonesia mengklaim bahwa pembunuhan ini adalah akibat dari kesalahpahaman dan ketegangan yang tinggi.
Pihak Britania kemudian meminta bantuan dari pasukan India Britania dan kapal-kapal perang untuk melakukan serangan balasan terhadap Surabaya.
Puncak pertempuran terjadi pada 10 November 1945, ketika pasukan Britania dan India Britania melancarkan serangan besar-besaran terhadap Surabaya dengan bantuan dari pesawat-pesawat tempur.
Pasukan Indonesia yang minim persenjataan dan perlengkapan berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kota mereka.
Mereka menggunakan senjata-senjata sederhana seperti bambu runcing, bom molotov, dan granat buatan sendiri.
Mereka juga mendapat dukungan dari rakyat sipil yang ikut berperang atau membantu dengan cara lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan informasi.
Bung Tomo menjadi pemimpin moral bagi pasukan dan rakyat Indonesia dengan pidato-pidatonya yang mengobarkan semangat juang melalui radio.
Meskipun berjuang dengan heroik, pasukan Indonesia akhirnya tidak mampu menahan serbuan pasukan asing yang lebih kuat dan lebih banyak.
Pasukan Britania berhasil menduduki sebagian besar kota dalam tiga hari, dan pasukan Indonesia terpaksa mundur ke pinggiran kota atau ke pedesaan.
Pertempuran ini berakhir pada 20 November 1945, ketika pasukan Indonesia menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan pasukan Britania.
Baca Juga: 1 September 1939, Peristiwa yang Mengubah Sejarah Dunia dengan Meletusnya Perang Dunia II
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR