Cuma 20 Tahun Kerajaan Pajang Nikmati Kejayaan, Sisanya Jadi Bawahan Mataram Islam

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Umur Kerajaan Pajang relatif pendek, setelah kematian Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, Pajang jadi bawahan Mataram Islam.
Umur Kerajaan Pajang relatif pendek, setelah kematian Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, Pajang jadi bawahan Mataram Islam.

Umur Kerajaan Pajang relatif pendek, setelah kematian Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, Pajang jadi bawahan Mataram Islam.

Intisari-Online.com -Jika dihitung-hitung, tidak lama Kerajaan Pajang merasakan kejayaan.

Setelah duapuluh tahun berdiri, Pajang justru berakhir jadi wilayah bawahan Mataram Islam.

Padahal sebelumnya, Mataram adalah salah satu vasal kerajaan yang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya itu.

Bagaimana Kerajaan Pajang menghadapi lika-liku keberadaannya?

Kerajaan Pajang merupakan kerajaan bercorak Islam yang berada di Pulau Jawa.

Lokasinya persisnya adalah di daerah perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta, dan Desa Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Kerajaan Pajang berdiri pada tahun 1568 dan runtuh pada 1587.

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Hadiwijaya atau yang lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir.

Tak hanya sebagai pendiri, Sultan Hadiwijaya juga yang memimpin kesultanan ini berada di puncak kejayaannya.

Sebagai informasi, Kerajaan Pajang merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa yang letaknya berada di pedalaman.

Kerajaan ini bersifat agraris dan mengandalkan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian.

Seperti disebut di awal, kerajaan ini berumur nisbi pendek.

Setelah 21 tahun berdiri,Kesultanan Pajang mengalami kemunduran dan akhirnya dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.

Menurut Babad Banten, garis keturunanSultan Pajang berasal dari Pengging, kerajaan kuno di Boyolali yang dipimpin oleh Andayaningrat.

Andayaningrat, yang juga memakai nama Jaka Sanagara atau Jaka Bodo, konon masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga raja Majapahit.

Meski Majapahit ditaklukkan orang-orang Islam pada 1625, Pengging masih berdaulat hingga di bawah pemerintahan Kebo Kenanga, yang bergelar Ki Angeng Pengging.

Ketika Ki Angeng Pengging wafat karena dibunuh oleh Sunan Kudus, dia meninggalkan seorang putra bernama Mas Karebet, yang diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir.

Mas Karebet atau lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir justru memutuskan untuk mengabdi pada Kesultanan Demak.

Kesultanan Demak kemudian mengutus Jaka Tingkir mendirikan Kerajaan Pajang sekaligus menjadi raja pertamanya dengan gelar Sultan Hadiwijaya.

Saat Kesultanan Demak mengalami kemunduran dan diserang Arya Penangsang, Sultan Hadiwijaya maju untuk menghadapinya.

Hadiwijaya berhasil membunuh Arya Penangsang dan menjadi pewaris takhta Kesultanan Demak dan memindahkan ibu kotanya ke Pajang.

Dengan begitu, Kerajaan Pajang resmi berdiri pada 1568 M.

Setidaknya ada tiga raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajang:

1. Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya (1568-1583 M)

2. Arya Pangiri atau Ngawantipura (1583-1586 M)

3. Pangeran Benawa atau Prabuwijaya (1586-1587 M)

Sebagai pendiri dan raja pertama Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya berkuasa selama 15 tahun.

Selama memerintah, dia berhasil mengantarkan Pajang mencapai puncak kejayaan.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang mencapai Madiun, Blora, dan Kediri.

Tak hanya itu, Pajang juga kerajaan bersifat agraris yang mengalami kemajuan pesat di bidang pertanian.

Hal ini didukung oleh letaknya yang berada di dataran rendah yang mempertemukan Sungai Pepe dan Dengkeng, sehingga menjadi lumbung beras utama di Pulau Jawa.

Pada 1582 M, meletus perang Pajang dan Mataram.

Sepulang dari pertempuran, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia.

Sepeninggal Sultan Hadiwijaya, Pajang mulai mengalami kemunduran karena terjadi perebutan takhta.

Putra Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benawa, dan menantunya yang bernama Arya Pangiri saling bersaing untuk menjadi raja.

Arya Pangiri berhasil naik takhta pada 1583, sedangkan Pangeran Benawa tersingkir ke Jipang.

Namun selama pemerintahannya, Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram, sementara kehidupan rakyatnya terabaikan.

Hal itu membuat Pangeran Benawa merasa prihatin dan melancarkan serangan pada 1586, dibantu oleh Sutawijaya dari Mataram.

Dalam serangan itu, Arya Pangiri kalah dan dipulangkan ke Demak.

Sementara Pangeran Benawa dinobatkan sebagai raja Kerajaan Pajang ketiga.

Pemerintahan Pangeran Benawa hanya berlangsung singkat karena ia lebih memilih menjadi penyebar agama Islam.

Pada 1587, kekuasaannya pun berakhir tanpa meninggalkan putra mahkota.

Atas kebijakan Sutawijaya, Pajang kemudian dijadikan negeri bawahan Mataram.

Riwayat Kerajaan Pajang benar-benar berakhir pada 1618 saat dihancurkan oleh pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Agung.

Peninggalan Kerajaan Pajang tidak banyak ditemukan, hanya Masjid Laweyan yang konon didirikan oleh Sultan Hadiwijaya.

Masjid yang telah beberapa kali mengalami pemugaran ini masih terjaga dan digunakan untuk beribadah hingga kini.

Selain itu, di daerah Pajang hanya ditemui reruntuhan yang dipercaya sebagai petilasan keraton Pajang.

Artikel Terkait