Intisari-online.com - Jung Jawa adalah kapal raksasa yang dibangun dengan teknik unik dan memiliki kemampuan luar biasa.
Kapal ini pernah menguasai jalur perdagangan Asia dan menghadapi serbuan Portugis di Malaka. Namun, kini kapal ini menghilang dari peradaban. Bagaimana bisa?
Jung Jawa adalah sebutan untuk kapal layar tradisional Jawa yang digunakan untuk perdagangan dan transportasi di kepulauan Indonesia dari abad ke-10 hingga awal abad ke-18.
Kapal ini memiliki ciri-ciriyang membedakannya dari kapal-kapal lain pada zamannya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri dan keunggulan Jung Jawa:
1. Ukuran yang besar. Jung Jawa memiliki ukuran yang sangat besar, bahkan disebut-sebut sebagai kapal terbesar dalam sejarah dunia.
Bobot muatan rata-rata adalah 40 sampai 2000 ton mati, dengan bobot mati rata-rata sebesar 1200–1400 ton pada zaman Majapahit. Sementara panjangnya mencapai 300-400 meter.
2. Teknik pembuatan yang unik. Jung Jawa dibangun dengan teknik yang cukup unik.
Alih-alih menggunakan paku atau besi, kerangka Jung Jawa menggunakan pasak untuk merekatkan bagian kapal satu sama lain. Kapal ini terdiri dari empat tiang layar dan dinding besar yang merupakan gabungan dari empat lapis kayu jati.
3. Kemampuan menahan serangan meriam. Jung Jawa memiliki kemampuan menahan serangan meriam terbesar.
Dari empat lapis papan kapal, hanya dua saja yang bisa ditembus. Hal ini membuat Jung Jawa menjadi kapal yang sulit dikalahkan oleh musuh-musuhnya.Kemampuan berlayar jarak jauh. Jung Jawa memiliki kemampuan berlayar jarak jauh, bahkan dapat mencapai Samudra Atlantik pada zaman kuno.
Catatan pertama mengenai Jung Jawa berasal dari sebuah prasasti di Bali yang berasal dari abad ke-11 Masehi. Kata “jong” dalam bahasa Jawa Kuno berarti perahu.
Pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit menggunakan Jung Jawa secara besar-besaran sebagai kapal angkut militer dan niaga. Kapal-kapal ini digunakan untuk menguasai jalur perdagangan Asia, khususnya di Selat Malaka, dan menghadapi serbuan Portugis di Malaka dengan kapal raksasa23
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR