Advertorial
Intisari-Online.com -Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Budha didirikan oleh Raden Wijaya pada akhir abad ke-13.
Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan di bawah pimpinan Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk memerintah pada 1350 M hingga 1389 M yang didampingi oleh Patih Gajah Mada.
Majapahit merupakan kerajaan agraris yang mengembangkan kemaritiman secara luas di Nusantara dan pengaruhnya mencapai wilayah Asia Tenggara.
Dalam sebuah diskusi bertema Apakah Betul Majapahit Negara Maritim?” di Jakarta, Jumat (1/3/2013), Susanto Zuhdi, ahli sejarah maritim; Agus Aris Munandar, arkeolog dari Universitas Indonesia; dan Irawan Nugroho, filolog dari Universitas Gadjah Mada yang menulis buku Majapahit Negara Maritim, hadir sebagai pembicara.
Agus mengatakan, Majapahit memiliki pejabat tinggi di bidang kemaritiman.
Aktivitas Majapahit yang membuktikan perkembangannya di bidang kemaritiman pada kerajaan tersebut justru datang dari luar Jawa, Kalimantan, Bali, Sumatra, dan Semenanjung Malaysia.
Kerajaan Majapahit menggunakan Kapal Jung Jawa secara besar-besaran sebagai kapal angkut militer.
Mengutip nationalgeographic, kapal Jung adalah kapal layar tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada zaman dahulu.
Jung merupakan kapal laut yang besar, biasanya dipakai untuk berdagang dengan jarak yang jauh ataupun untuk berperang.
Jung Jawa memiliki sepasang kemudi di buritan, sebuah rumah di atas geladak.
Kapasitas Jung berkisar 200-300 ton dan mampu mengarungi Laut Jawa, Laut China hingga Teluk Benggala.
Jung Jawa yang terbesar mencapai hingga 1.000 ton, yaitu Jung yang dipakai orang Jawa untuk menyerang Malaka pada tahun 1513.
Sementara jumlah terbesar Jung perang Majapahit mencapai 400 kapal yang dikelompokkan menjadi 5 armada.
Kapal-kapal itu mampu menampung hingga 800 prajurit dengan panjang mencapai 50 depa atau setara 100 meter.
Untuk ukuran kecil, kapal ini memiliki panjang 33 meter dengan kapasitas 121 prajurit.
Tidak diketahui berapa tepatnya jumlah total Jung yang digunakan oleh Majapahit, tetapi mereka dikelompokkan menjadi 5 armada.
Buku Hikayat Raja-Raja Pasai menyebutkan, jumlah terbesar Jung yang dikerahkan dalam sebuah ekspedisi adalah sekitar 400 Jung yang disertai dengan malangbang dan kelulus yang tak terhitung banyaknya, yakni ketika Majapahit menyerang Pasai.
Ekspedisi militer terbesar kedua, invasi Singapura pada 1398, Majapahit mengerahkan 300 Jung dengan tidak kurang dari 200.000 orang (lebih dari 600 orang di setiap Jung).
Selain itu, gambaran tentang Jung Jawa secara spesifik dilaporkan oleh Alfonso de Albuquerque.
Dia merupakan armada Portugis yang menduduki Malaka pada 1511.
Orang Portugis mengenali Jawa sebagai asal-usul jung-jung terbesar.
Kapal jenis ini digunakan angkatan laut kerajaan Jawa (Demak) untuk menyerang armada Portugis.
Jung Jawa memiliki empat tiang layar.
Tiang-tiang itu terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.
Bobot Jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis.
Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Jawa untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513.
Bisa dikatakan, kapal Jung jawa ini disandingkan dengan kapal induk di era modern seperti sekarang ini.
Pelaut Portugis Tom Pires dalam Summa Orientel (1515) menulis, "Anunciada (kapal Portugis yang terbesar yang berada di Malaka pada tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai sebuah kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa."