Situasi Pers
"Secara umum bebas," tulis Hary dalam materi yang ditampilkannya dalam acara tersebut.
"Banyak partai politik memiliki koran masing-masing dan menjadi corong bagi partai tersebut," lanjut Hary.
Pembredelan, sebuah istilah yang lumrah terdengar di era Orde Baru, sudah mulai terjadi pada dekade 1950-an hingga 1960-an.
Bahkan, Surat Izin Terbit sebuah media cetak pun saat itu berada di bawah kendali otoritas militer.
Menariknya, di tengah kondisi yang serba diawasi tersebut, pers Tionghoa kala itu masih cukup menonjol.
Satu kondisi lain yang perlu diingat, yang pada akhirnya memberikan pengaruh besar pada kondisi Indonesia saat itu, adalah adanya dua kubu yang berebut pengaruh terhadap Bung Karno.
Keduanya, seperti kemudian diketahui memuncak pada peristiwa G30S, adalah kelompok komunis dan kelompok militer, khususnya Angkatan Darat.
"Dalam dunia pers terjadi pertarungan ideologi untuk menjadi pewaris sah dari ajaran Sukarno, antara kelompok BPS (Badan Pendukung Soekarnoisme) dan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), serta polemik antara harian 'Merdeka' vs 'Harian Rakjat'," tulis Hary.
Baca Juga: 10 Alasan Kita Harus Membeli Intisari Edisi Pertama yang Terbit 17 Agustus 1963
Majalah Intisari Terbit
Di tengah kondisi yang cukup karut-marut dan berat seperti itulah PK Ojong dan Jakob Oetama kemudian berinisiatif menerbitkan majalah Intisari.
KOMENTAR