Intisari-Online.com -Majalah Intisari akan menginjak usia 60 tahun tepat pada hari perayaan kemerdekaan ke-78 Indonesia, 17 Agustus 2023.
Namun, pernahkan Anda membayang seperti apa suasana Indonesia kala Intisari pertama kali terbit, 17 Agustus 1963?
Untuk membantu Anda, berikut ini kilasan kondisi Indonesia pada sekitar tahun 1950-an hingga 1960-an yang dipaparkan oleh Igantius Haryanto.
Peneliti media dan pengajar jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara tersebut membedahnya dalam acara Dialog Intisari: Media Massa, Saksi, dan Penggerak Zamannya? yang diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta, Senin (14/8/2023).
Hary memulai ulasan kilas baliknya dengan menggambarkan bahwa pada periode tersebut, belum ada internet maupun media sosial, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.
Media massa yang masih dominan kala itu masih berupa media cetak. Sementara untuk radio, saat itu Indonesia hanya memiliki Radio Republik Indonesia (RRI).
Lalu bagaimana dengan televisi? Meski sudah muncul pada tahun sebelum Intisari pertama kali terbit, namun penggunannya masih sangat sedikit sekali.
Peristiwa Besar
Hary kemudian melanjutkan pembahasannya dengan mengenang kembali peristiwa-peristiwa penting pada era tersebut.
Mulai dari pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949 hingga berlakunya demokrasi konstitusional pada 18 Agustus 1945 hingga tahun 1959 (diganti oleh demokrasi terpimpin).
Peristiwa-peristiwa lain yang terjadi pada era itu antara lain:
* Masih terjadi banyak pergolakan di daerah, PRRI Permesta, NII/TII, Republik Maluku Selatan dll* Pemilu pertama Indonesia tahun 1955 * Pembentukan Konstituante sebagai hasil pemilu 1955* Tahun 1959 Sukarno membubarkan Konstituante karena dianggap tidak bisa menyelesaikan pembentukan UUD * Partai politik banyak saling kritik, mengecam lewat polemic di suratkabar
Situasi Pers
"Secara umum bebas," tulis Hary dalam materi yang ditampilkannya dalam acara tersebut.
"Banyak partai politik memiliki koran masing-masing dan menjadi corong bagi partai tersebut," lanjut Hary.
Pembredelan, sebuah istilah yang lumrah terdengar di era Orde Baru, sudah mulai terjadi pada dekade 1950-an hingga 1960-an.
Bahkan, Surat Izin Terbit sebuah media cetak pun saat itu berada di bawah kendali otoritas militer.
Menariknya, di tengah kondisi yang serba diawasi tersebut, pers Tionghoa kala itu masih cukup menonjol.
Satu kondisi lain yang perlu diingat, yang pada akhirnya memberikan pengaruh besar pada kondisi Indonesia saat itu, adalah adanya dua kubu yang berebut pengaruh terhadap Bung Karno.
Keduanya, seperti kemudian diketahui memuncak pada peristiwa G30S, adalah kelompok komunis dan kelompok militer, khususnya Angkatan Darat.
"Dalam dunia pers terjadi pertarungan ideologi untuk menjadi pewaris sah dari ajaran Sukarno, antara kelompok BPS (Badan Pendukung Soekarnoisme) dan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), serta polemik antara harian 'Merdeka' vs 'Harian Rakjat'," tulis Hary.
Baca Juga: 10 Alasan Kita Harus Membeli Intisari Edisi Pertama yang Terbit 17 Agustus 1963
Majalah Intisari Terbit
Di tengah kondisi yang cukup karut-marut dan berat seperti itulah PK Ojong dan Jakob Oetama kemudian berinisiatif menerbitkan majalah Intisari.
Sebuah majalah kecil, sangat tidak lazim dibanding ukuran majalah pada umumnya (pun hingga saat ini), yang bersifat kemanusiaan.
Selain ceritanya yang menarik, di mana beberapa akan membuat kita bergumam "masalah ini kok belum selesai-selesai juga ya setelah 60 tahun?", edisi perdana Majalah Intisari juga diisi oleh tulisan-tulisan dari tokoh-tokoh ternama.
Ada Soe Hok Djien, kakak kandung dari aktivis 1960-an Soe Hok Gie, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Arief Budiman.
Ada pula Nugroho Notosusanto yang kelak menjabat Menteri Pendidikan Indonesia dan merupakan "penulis" alur sejarah Indonesia pada zaman Orde Baru.
Penasaran seperti apa isi dari edisi pertama Majalah Intisari?
Tenang, bagi para pembaca Majalah Intisari yang ingin memiliki Edisi Pertama, kini ada kesempatan untuk melakukan pre-order.
Pre-order ini dibuka mulai dari hari ini 10 Agustus hingga 24 Agustus pukul 23.59 WIB.
Ada tiga pilihan platform untuk melakukan pre-order, yaitu GridStore, Shopee, dan Tokopedia.
Untuk memudahkan proses pemesanan, berikut ini adalah link langsung untuk setiap platform:
1. Pemesanan lewat GridStore:Link GridStore2. Pemesanan lewat Shopee:Link Shopee3. Pemesanan lewat Tokopedia:Link Tokopedia
Harga Majalah Intisari Edisi Pertama ini Rp75.000!
Setelah melakukanpre-order, para pemesan hanya perlu menanti EdisiPertama terbit dan dikirimkan.
Pengiriman Majalah Intisari EdisiPertama akan dimulai pada tanggal18 September 2023 mendatang.