Dulang atau talam yang datang lebih dahulu diatur pada barisan depan, kemudian menyusul dulang-dulang berikutnya.
Tamu yang datang duduk berhadap-hadapan sesuai bentuk masjid, surau, atau balai desa.
Barisan paling depan adalah tamu kehormatan, seperti pejabat pemerintah, penghulu, lurah, pemuka agama, guru, dan sebagainya.
Sedangkan, barisan paling belakang adalah anak-anak.
Sebelum tudung saji dibuka dilakukan pembacaan doa oleh penghulu atau pemuka agama.
Selesai membaca doa dilanjutkan dengan makan bersama.
Dalam acara nganggung ini hanya dihadiri oleh laki-laki.
Saat ini, nganggung jarang ditemui di kota-kota, sebagai gantinya adalah adat kenduri atau sedekah yang biayanya ditanggung oleh yang memiliki hajat.
Sedangkan pada tradisi nganggung, para tetangga ikut membantu pelaksanaan hajatan, sifatnya sukarela.
Saat ini tradisi nganggung masih dilakukan di kampung-kampung maupun pedesaan, meskipun dengan sedikit perubahan sesuai perkembangan zaman.
Dalam tradisi nganggung hampir semua masyarakat ikut dalam kegiatan ini.
Sehingga, nganggung bermakna menjaga tradisi, silaturahmi, memperkuat persaudaraan, membagikan rezeki kepada yang membutuhkan dan memperingati hari besar Agama Islam.
Dan persis di situlah bentuk kegiatan gotong royong mewujud dalam tradisi nganggung.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR