Inilah 7 Ciri Khas Rumah Adat Sulawesi Barat dan Filosofinya

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Salah satu bukti kekayaan budaya tersebut adalah rumah adat Boyang, yang merupakan rumah tradisional suku Mandar, suku asli Sulawesi Barat.
Salah satu bukti kekayaan budaya tersebut adalah rumah adat Boyang, yang merupakan rumah tradisional suku Mandar, suku asli Sulawesi Barat.

Intisari-online.com -Sulawesi Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang beragam.

Salah satu bukti kekayaan budaya tersebut adalah rumah adat Boyang, yang merupakan rumah tradisional suku Mandar, suku asli Sulawesi Barat.

Rumah adat Boyang memiliki ciri khas dan filosofi yang menarik untuk diketahui.

Berikut adalah tujuh ciri khas dan filosofi rumah adat Boyang:

1. Berbentuk rumah panggung.

Rumah adat Boyang dibangun dengan cara dinaikkan dari permukaan tanah dengan menggunakan tiang-tiang kayu yang besar.

Tiang-tiang kayu ini tidak ditancapkan ke tanah, melainkan hanya ditumpangkan pada batu datar yang berfungsi untuk mencegah kayu agar tidak cepat lapuk.

Filosofi dari bentuk rumah panggung ini adalah untuk menghindari banjir, hama, dan binatang buas, serta untuk menunjukkan rasa hormat kepada tanah sebagai sumber kehidupan.

2. Memiliki dua jenis.

Rumah adat Boyang terdiri dari dua jenis, yaitu Boyang Adaq dan Boyang Beasa.

Boyang Adaq adalah rumah adat yang dikhususkan untuk kaum bangsawan atau ketua adat, sedangkan Boyang Beasa adalah rumah adat yang digunakan oleh masyarakat biasa.

Filosofi dari perbedaan jenis ini adalah untuk menggambarkan struktur sosial dan hierarki masyarakat suku Mandar.

Baca Juga: Makna Filosofis Rendang, Masakan yang Kaya akan Budaya Minangkabau

3. Memiliki tumbaq layar.

Tumbaq layar adalah penutup bubungan atap rumah adat Boyang yang berbentuk melengkung ke atas seperti tanduk kerbau.

Tumbaq layar ini hanya dimiliki oleh rumah adat Boyang Adaq, dan jumlahnya bisa bervariasi antara tiga hingga tujuh tumpuk.

Filosofi dari tumbaq layar ini adalah untuk melambangkan kejayaan, kekuasaan, dan kemakmuran pemilik rumah.

4. Memiliki dua tangga bersusun.

Rumah adat Boyang memiliki dua tangga yang diletakkan di bagian depan dan belakang rumah.

Tangga-tangga ini bersusun dan memiliki jumlah anak tangga yang selalu ganjil antara tujuh hingga tiga belas buah.

Tangga depan digunakan untuk tamu atau penghuni rumah, sedangkan tangga belakang digunakan untuk membawa barang-barang atau hewan ternak.

Filosofi dari tangga bersusun ini adalah untuk menggambarkan tingkat kesulitan dalam mencapai cita-cita atau tujuan hidup.

5. Memiliki ukiran dan ornamen.

Rumah adat Boyang memiliki ukiran dan ornamen yang kaya akan makna simbolis.

Baca Juga: Kenal Saat Jadi Pemandu Wisata Di Bali, Sosok Pria Sinjai Ini Mantap Kawini Pacar Bule Dari Polandia, Tanpa Mahar

Ukiran dan ornamen ini terdapat pada dinding, pintu, jendela, tiang, atap, dan tumbaq layar rumah adat Boyang.

Ukiran dan ornamen ini biasanya menggambarkan motif flora, fauna, geometris, atau kaligrafi.

Filosofi dari ukiran dan ornamen ini adalah untuk menghias rumah agar terlihat indah, sekaligus untuk menyampaikan pesan-pesan moral, religius, atau sejarah kepada generasi penerus.

6. Memiliki ruangan-ruangan khusus.

Rumah adat Boyang memiliki ruangan-ruangan khusus yang digunakan untuk berbagai keperluan.

Ruangan-ruangan ini antara lain adalah: baleq bonto (ruang tamu), baleq lopi (ruang keluarga), baleq baine (ruang tidur), baleq dapur (ruang dapur), baleq lumbung (ruang penyimpanan), baleq balo (ruang kerja), dan baleq pappaseng (ruang ibadah).

Filosofi dari ruangan-ruangan khusus ini adalah untuk membagi fungsi-fungsi rumah sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas penghuni rumah³.

7. Memiliki warna-warna khas.

Rumah adat Boyang memiliki warna-warna khas yang digunakan untuk melukis dinding, atap, dan ukiran-ukiran rumah.

Warna-warna ini antara lain adalah: merah (melambangkan keberanian dan semangat), kuning (melambangkan keagungan dan kejayaan), hitam (melambangkan keteguhan dan ketabahan), putih (melambangkan kesucian dan kebersihan), dan hijau (melambangkan kesuburan dan kesejahteraan).

Filosofi dari warna-warna khas ini adalah untuk mencerminkan karakter, nilai-nilai, dan harapan masyarakat suku Mandar.

Baca Juga: Peristiwa Pemakaman Pangeran Diponegoro Dikebumikan di Makassar dengan Upacara Adat Jawa

Demikianlah artikel yang saya buat tentang 7 Ciri Khas Rumah Adat Sulawesi Barat dan Filosofinya.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang kebudayaan Indonesia.

Artikel Terkait