Ada dua jenis sumber sejarah lisan, kesaksian lisan dan tradisi lisan. Tradisi lisan lebih sulit untuk dianalisis oleh seorang sejarawan.
Intisari-Online.com -Dalam metode penelitian sejarah, tradisi lisan mempunyai posisi yang sangat penting.
Posisinya bisa dibilang sejajar dengan sumber-sumber sejarah lain seperti artefak, arsip, atau surat kabar sezaman.
Tapi dibanding sumber-sumber yang disebut di atas, tradisi lisan lebih sulit untuk dianalisis oleh sejarawan.
Kenapa?
Dalam buku Metodologi Sejarah yang disusun oleh Kuntowijoyo, ada bab khusus yang membahas soal sejarah lisan.
Sejarah lisan merupakan sejarah yang datanya didapat dari sumber lisan.
Sumber lisan merupakan sumber sejarah berupa penuturan dari pelaku sejarah yang biasanya tidak tertulis.
Penuturan dan cerita-cerita dari pelaku sejarah itulah yang kemudian oleh sejarawan disusun menjadi cerita sejarah.
Jenis sumber sejarah lisan
Jenis data atau sumber sejarah yang tidak tertulis disebut sumber lisan.
Sumber lisan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kesaksian lisan dan tradisi lisan.
Pemaparannya yaitu:
Kesaksian lisan
Kesaksian lisan adalah sumber data sejarah lisan yang diungkapkam oleh pelaku yang terlibat secara langsung dalam peristiwa sejarah yang berkaitan.
Kesaksian lisan biasanya didapat dari wawancara dan disebut sebagai oral history.
Pada saat melakukan wawancara dengan saksi sejarah direkam dan ditranskripsikan ke dalam kertas.
Tradisi lisan
Jenis sumber data sejarah lisan selanjutnya adalah tradisi lisan.
Tradisi lisan adalah data sejarah berupa pesan, kesaksian, atau tuturan yang diturunkan secara turun-menurun dalam suatu tradisi atau kebudayaan.
Tradisi lisan disebut sebagai oral tradition dan dapat berbentuk mitos, legenda, dongeng, dan cerita rakyat.
Tradisi lisan lebih sulit untuk dianalisis oleh seorang sejarawan karena perlu menangkap kenyataan di belakang ceritanya yang didukung dokumen seperti arsip atau buku.
Melalui cerita rakyat, nenek moyang atau para pendahulu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dari anak-anak atau cucu-cucu mereka.
Contohnya, ketika hari sudah malam anak-anak tidak diperbolehkan bermain di luar rumah karena akan diculik oleh hantu.
Penjelasan ilmiahnya adalah ketika malam dan suasana gelap maka anak-anak akan kesulitan untuk melihat keadaan sekitar.
Anak-anak yang bermain dikhawatirkan akan mengalami kecelakaan atau kehilangan arah untuk pulang.
Sebagai salah satu tradisi lisan, cerita rakyat memiliki banyak nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan nilai-nilai budi pekerti, seperti keimanan, jujur, adil, bekerja keras, rendah hati, bekerja sama, keberanian, rela berkorban, tolong-menolong, kerukunan, dan sebagainya.
Sejarah lisan dalam kenyataannya, memang memberikan berbagai manfaat dalam penelitian sejarah, akan tetapi sejarah lisan juga memiliki kekurangannya sendiri.
Berikut kelebihan dan kekurangan sejarah lisan.
Kelebihan sejarah lisan
Kelebihan dari penelitian sejarah lisan Sejarah lisan memiliki kelebihan dalam penelitian.
Adapun kelebihan dari penelitian sejarah lisan, di antaranya:
- Pengumpulan data dapat dilakukan dengan adanya komunikasi dari dua arah (antara peneliti dengan tokoh) sehingga jika ada hal yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan pada narasumber.
- Penulisan sejarah menjadi lebih demokratis (terbuka) karena memungkinkan sejarawan untuk mencari informasi dari semua golongan masyarakat (baik rakyat biasa sampai pejabat).
- Melengkapi kekurangan data atau informasi yang belum termuat dalam sumber tertulis atau dokumen.
Kekurangan sejarah lisan
Kekurangan dari sejarah lisan, antara lain:
- Keterbatasan daya ingat seorang pelaku/saksi sejarah terhadap suatu peristiwa.
- Memiliki subyektivitas yang tinggi dikarenakan sudut pandang yang berbeda dari masing-masing pelaku dan saksi terhadap sebuah peristiwa.
- Sehingga mereka akan cenderung memperbesar peranannya dan menutupi kekurangannya.