Soeharto juga pernah menjadi cucuk lampah atau pemimpin kirab pusaka pada tahun 1978.
Sejak saat itu, kirab pusaka menjadi tradisi rutin yang dilakukan setiap malam 1 Suro oleh Keraton Surakarta.
Kirab pusaka ini biasanya dimulai pukul 23.00 WIB dan berlangsung selama sekitar dua jam.
Rute kirab meliputi beberapa jalan utama di kota Solo, seperti Jl. Pakoe Boewono, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Mayor Kusmanto, Jl. Kapten Mulyadi, Jl. Veteran, Jl. Yos Sudarso, dan Jl. Brigjend Slamet Riyadi.
Makna dan Simbolisme Kirab Pusaka
Kirab pusaka memiliki makna dan simbolisme yang mendalam bagi masyarakat Jawa.
Kirab pusaka merupakan salah satu bentuk laku spiritual untuk menyambut tahun baru Jawa dengan refleksi diri atau mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat selama satu tahun yang telah dilewati.
Dengan demikian, diharapkan pada lembaran baru ini dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kirab pusaka juga merupakan wujud penghormatan kepada leluhur dan doa untuk keselamatan bangsa Indonesia.
Pusaka-pusaka yang diarak merupakan warisan dari para raja-raja Mataram yang memiliki nilai sejarah dan kekuatan magis.
Pusaka-pusaka tersebut antara lain adalah tombak Kyai Ageng Plered, keris Kyai Naga Siluman, keris Kyai Naga Runting, keris Kyai Brojol, keris Kyai Gandring, keris Kyai Setan Kober, keris Kyai Baru Klinting, keris Kyai Sabuk Inten, keris Kyai Nogo Esti Kinasih, dan keris Kyai Jalak Sangu Tumpeng.
Baca Juga: Jawa Timur Primadonanya, Daerah-daerah Ini Disebut Sebagai Tempat Asal Selir Raja-raja Mataram Islam
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR