Intisari-online.com -Sebagai Menteri Negara dan asisten pribadi Presiden Soekarno, Oei Tjoe Tat memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia.
Namun, ia harus mengalami nasib tragis setelah terjadinya Gerakan 30 September 1965 (Gestok) yang membunuh enam jenderal dan menyebabkan kudeta militer oleh Jenderal Suharto.
Oei Tjoe Tat menjadi salah satu dari banyak korban yang ditangkap dan ditahan oleh rezim Orde Baru yang dibentuk oleh Suharto.
Ia mendekam di penjara selama 10 tahun, tanpa diadili sampai tahun 1976.
Ia dituduh sebagai salah satu pelaku dalam Gestok, meskipun tuduhan itu tidak pernah dibuktikan.
Selama di penjara, Oei Tjoe Tat menghadapi berbagai kesulitan dan kekerasan.
Ia juga kehilangan hak-haknya sebagai warga negara, termasuk hak untuk berhubungan dengan keluarga dan kawan-kawannya.
Kemudian hanya bisa mengirim surat-surat pendek yang disensor oleh pihak berwenang.
Ia juga tidak bisa mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai, sehingga kesehatannya menurun.
Namun, Oei Tjoe Tat tidak pernah menyerah atau menyesali perjuangannya bersama Soekarno.
Ia tetap menjaga idealisme dan semangatnya untuk membangun Indonesia yang merdeka, demokratis, dan berkeadilan.
Baca Juga: 20 Contoh Pesan dan Kesan untuk Kakak OSIS saat MPLS, Bikin Sosok Senior Tersentuh
Ia juga tetap mencintai bangsa dan negaranya, meskipun ia merasa dikhianati oleh rezim Orde Baru.
Pada tahun 1977, Oei Tjoe Tat akhirnya dibebaskan dari tahanan.
Ia kemudian menulis sebuah memoar yang berjudul Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu Presiden Sukarno.
Memoar ini ditulis bersama dengan sastrawan Pramoedya Ananta Toer dan Stanley A. Prasetyo.
Memoar ini mengungkapkan kesaksian Oei Tjoe Tat tentang apa yang terjadi selama masa pemerintahan Soekarno, termasuk peristiwa Gestok dan pembantaian massal tahun 1965.
Memoar Oei Tjoe Tat merupakan salah satu sumber sejarah yang penting dan berharga bagi bangsa Indonesia.
Di dalamnya memberikan gambaran tentang sosok Soekarno yang sebenarnya, yaitu seorang pemimpin yang visioner, karismatik, dan cinta rakyat.
Memoar ini juga memberikan gambaran tentang kekejaman dan ketidakadilan yang dilakukan oleh rezim Orde Baru terhadap para pendukung Soekarno, termasuk Oei Tjoe Tat sendiri.
Oei Tjoe Tat meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1996 di Jakarta.
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Ia meninggalkan seorang istri bernama Lanny Ongkowidjojo dan empat orang anak bernama Oei Ing Hien, Oei Ing Kiong, Oei Ing Lien, dan Oei Ing Hwa.
Baca Juga: Sosok Hendropriyono, Mantan Kepala BIN yang Dituduh Jadi Penjaga Panji Gumilang
Meninggalkan warisan berupa memoar yang menjadi saksi bisu dari sejarah Indonesia yang gelap dan penuh kontroversi.