Intisari-online.com - Beberapa partai politik Indonesia menggunakan nama Partai Nasional Indonesia (PNI) sejak tahun 1927 hingga tahun 2000-an.
PNI yang pertama kali dibentuk oleh Soekarno pada 4 Juli 1927 di Bandung sebagai wadah untuk menunjukkan rasa nasionalisme Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan.
Organisasi ini bertujuan untuk mencapai kemandirian ekonomi dan politik untuk wilayah Indonesia.
PNI didasari oleh ide untuk tidak berkolaborasi dengan pemerintah Hindia Belanda .
Pada akhir Desember 1929, PNI telah memiliki 10.000 anggota.
Hal ini kemudian menimbulkan kecemasan bagi para penguasa, sehingga Soekarno dan tujuh pemimpin partai lainnya ditahan pada Desember 1929.
Mereka dihukum karena dianggap mengganggu ketertiban umum.
Dalam masa pengadilan ini, Soekarno menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacanya di hadapan hakim sebagai gugatannya.
Pimpinan PNI, Soekarno digantikan oleh Sartono.
Sartono kemudian membubarkan PNI dan mendirikan Partindo pada tanggal 25 April 1931. S
ebagian anggota PNI tidak setuju dengan keputusan pembubaran PNI oleh Sartono.
Mereka kemudian membuat partai baru yang diberi nama Pendidikan Nasional Indonesia yang dikenal sebagai PNI Baru.
Moh. Hatta ditunjuk sebagai pemimpin PNI Baru ketika ia pulang ke Indonesia.
Di sisi lain, Soekarno bergabung dengan Partindo.
Soekarno ditangkap dan dibuang ke Ende, Flores dari tahun 1933 hingga 1942.
Kemudian pada tahun 1934, Moh. Hatta dan Syahrir dibuang ke Bandaneira hingga 1942.
Setelah Indonesia merdeka, PNI berpartisipasi dalam Pemilihan Umum legislatif Indonesia 1955 yang dilaksanakan dalam dua tahap pada bulan September untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante.
Namun, partai ini dipaksa untuk melebur menjadi Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1973 oleh Presiden Kedua RI Soeharto.
Setelah Soeharto lengser pada tahun 1998, PDI Perjuangan dibentuk oleh Megawati Soekarnoputri sebagai partai yang mengklaim sebagai penerus dari PDI yang asli.
PDI Perjuangan mengusung ideologi Pancasila, nasionalisme ekonomi, populisme, dan Soekarnoisme.
Pada Pemilihan Umum legislatif Indonesia 1999, PDI Perjuangan menjadi partai pemenang dengan meraih 33,7% suara dan 153 kursi di DPR.
Pada tahun 2001, Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Presiden Kelima Indonesia setelah Abdurrahman Wahid digulingkan oleh MPR.
Megawati menjadi presiden pertama dari PDI Perjuangan. Pada tahun 2004, Megawati mencalonkan diri kembali sebagai presiden, tetapi kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono
. Pada tahun yang sama, PDI Perjuangan mengalami penurunan suara menjadi 18,5% dan 109 kursi di DPR.
Pada tahun 2009, PDI Perjuangan kembali mengalami penurunan suara menjadi 14% dan 94 kursi di DPR.
Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden, tetapi kalah lagi dari Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun 2014, PDI Perjuangan mengusung Joko Widodo, mantan Gubernur DKI Jakarta, sebagai calon presiden.
Joko Widodo berhasil menang atas Prabowo Subianto dengan perolehan suara 53,15%.
PDI Perjuangan juga meningkatkan suaranya menjadi 18,95% dan 109 kursi di DPR.
Pada tahun 2019, Joko Widodo mencalonkan diri kembali sebagai presiden dengan didampingi Ma’ruf Amin.
Joko Widodo kembali menang atas Prabowo Subianto dengan perolehan suara 55,5%.
PDI Perjuangan juga mempertahankan posisinya sebagai partai terbesar dengan meraih 19,33% suara dan 128 kursi di DPR.