Massa yang marah atas kematian Nahel melakukan aksi pembakaran kendaraan, penutupan jalan, dan pelemparan benda-benda ke arah polisi setelah unjuk rasa damai.
Di beberapa tempat, mereka menuliskan "Vengeance for Nahel" di dinding-dinding dan halte-halte bus, dan saat malam hari, sebuah bank menjadi sasaran pembakaran sebelum api dipadamkan oleh pemadam kebakaran.
Menurut Reuters, Nahel ditembak saat mengemudikan Mercedes AMG di jalur bus pada jam sibuk pagi hari Selasa (27/6/2023).
Dia tidak menghiraukan perintah berhenti dari polisi dan mencoba melarikan diri.
Dua polisi mengejarnya di tengah kemacetan dan salah satu dari mereka menembak dari jarak dekat melalui kaca mobil.
Nahel meninggal akibat luka tembak di lengan kiri dan dada, kata Pascal Prache, jaksa penuntut umum Nanterre.
Polisi yang menembak mengaku telah melakukan tindakan fatal itu, kata jaksa.
Dia memberi alasan bahwa dia ingin menghentikan mobil Nahel karena khawatir akan membahayakan orang lain setelah remaja itu diduga melanggar beberapa aturan lalu lintas.
Arus imigrasi besar-besaran ke Perancis bermula sekitar tahun 1830 dan relatif stabil sejak 1850, menurut Britannica.
Perancis dikenal sebagai negara Eropa yang paling ramah bagi imigran, termasuk mereka yang melarikan diri dari tekanan politik, pada awal abad ke-20.
KOMENTAR