Tumenggung Endranata dianggap sebagai salah satu pengkhianat terbesar Mataram Islam. Dua kesalahan yang dia perbuat.
Intisari-Online.com -Dari sekian pengkhianat Mataram Islam, Tumenggung Endranata barangkali yang paling masyhur.
Saking masyhurnya, dia dibuatkan makam "spesial" di Pajimatan Imogiri alias Makam Raja-raja Imogiri.
Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Tumenggung Endranata adalah terjadinya perang saudara Mataram dan Pati.
Antara Sultan Agung dan Adipati Pragola II.
Jasad Tumenggung Endranata dimakamkan di anak tangga menuju Pajimatan Imogiri.
Makam tersebut dapat dikenali dengan bentuknya yang tidak rata.
Ia tidak seperti bentuk anak tangga lainnya, sehingga membuatnya menjadi mudah ditemukan.
Tumenggung Endranata punya nama asli Ngabehi Mertajaya.
Dia adalah putra Tumenggung Wiraguna, panglima perang kesayangan Sultang Agung.
Sebelum dikenal sebagai pengkhianat Kerajaan Mataram Islam, ia adalah seorang seorang punggawa yang pernah membantu Sultan Agung.
Terutama dalam menaklukkan Demak dan wilayah sekitarnya.
Pengkhianatan Tumenggung Endranata kepada Sultan Agung membuat sang punggawa akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Menurut cerita lisan Serat Kandha, Tumenggung Endranata dimutilasi menjadi tiga bagian oleh Sultan Agung.
Bagian kepala Tumenggung Endranata dipancangkan di alun-alun Jayakarta sebagai peringatan bagi Belanda.
Kemudian bagian kakinya dibuang ke laut sebagai simbol pengusiran dari tanah Jawa.
Sedangkan badannya dikubur di makam raja-raja Mataram yang berlokasi di Imogiri sebagai penghinaan bagi Tumenggung Endranata.
Hukuman ini merupakan bentuk kemarahan dan kesedihan Sultan Agung atas pengkhianatan yang telah merugikan Mataram secara besar-besaran.
Pengkhianatan yang telah dilakukan Tumenggung Endranata kepada Kerajaan Mataram Islam membuatnya dianggap sebagai musuh bagi seluruh rakyat Jawa.
Dia juga dianggap tidak layak mendapatkan tempat yang terhormat di dunia maupun di akhirat.
Berbagai sumber sejarah menyebutkan, setidaknya ada dua kesalahan besar yang membuat Tumenggung Endranata dijatuhi hukuman tersebut.
Pertama adalah melakukan provokasi yang menyebabkan perang saudara antara Sultan Agung dengan Adipati Pragola II, penguasa Pati.
Adipati Pragola II sebenarnya masih memiliki hubungan saudara, tepatnya saudara ipar dari Sultan Agung.
Sayangnya Tumenggung Endranata justru menghasut Sultan Agung dengan menyebut bahwa Adipati Pragola II akan memberontak.
Sultan Agung kemudian mengambil tindakan tegas menyerang Pati, dengan pasukan yang dipimpinnya sendiri.
Menurut cerita lisan Serat Kandha, Sultan Agung mengatur pasukan dengan bagian depan dan tengah dipimpin oleh Pangeran Sumedang, Adipati Martalaya.
Dalam serangan itu, Adipati Martalaya membawa pasukan dari Madura, Kedu, Bagelen, dan Pamijen.
Sedang di bagian belakang pasukan, ada keluarga kerajaan, dan kapendak di barisan Mataram.
Saat perang berkecamuk, Adipati Pragola II merangsek maju yang membuat Sultan Agung membunyikan gong pusaka Kyai Bicak.
Serangan Adipati Pragola II tersebut sempat membuat pasukan Sultan Agung mundur.
Sultan Agung kemudian memberikan tombak pusaka Kyai Baru, kepada lurah dari para kapendak, Naya Derma dan kembali memukul gong pusaka.
Seketika, tombak dihunus dan mengenai Adipati Pragola II, yang membuat sang penguasa Pati gugur.
Akibat tikaman tombak ini, Adipati Pragola II tewas.
Disebutkan bahwa Adipati Pragola II tewas pada 4 Oktober 1627.
Perang saudara ini tidak hanya memakan biaya yang sangat besar, namun juga menelan banyak korban jiwa.
Sebanyak 150 ribu orang Pati tewas dibunuh tentara Kerajaan Mataram.
Sedang dari pihak Mataram, korban jiwa jauh lebih besar lagi, mencapai 200.000 orang.
Perang saudara ini tentu saja merugikan kedua belah pihak dan melemahkan kekuatan Mataram dalam menghadapi musuh-musuhnya yang lain.
Tumenggung Endranata juga diketahui telah membocorkan rencana serangan Sultan Agung kepada pihak Belanda ketika hendak menyerang Batavia.
Dalam buku G. Moedjanto berjudul The Concept of Power in Javanese Culture (1986), dikisahkan bahwa gagalnya rencana Sultan Agung yang ingin mengalahkan VOC di Batavia adalah karena ulah Tumenggung Endranata.
Seperti diketahui, Sultan Agung dua kali menyerang Batavia, yaitu pada tahun 1628 dan 1629.
Usai kalah dalam pertempuran tahun 1628 karena buruknya perbekalan, maka Sultan Agung membuat strategi khusus berupa membuat lumbung-lumbung beras di sekitar Karawang dan Cirebon.
Namun VOC ternyata mengetahui rencana Mataram Islam tersebut untuk kemudian segera menghancurkan lumbung-lumbung tersebut.
Rencana yang sudah disusun dengan sangat matang oleh Sultan Agung itu terungkap karena Tumenggung Endranata yang memilih untuk membocorkan rahasia kepada VOC.
Akibatnya, penyerangan tersebut gagal total dan Pasukan Mataram yang mengalami kekalahan telak banyak yang tewas atau tertawan oleh Belanda.
Setelah aksi pengkhianatan itu diketahui, Tumenggung Endranata langsung ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Sultan Agung.