Festival Lestari yang mengusung semangat gotong royong menurutnya dapat menjadi momentumuntuk mereplikasi praktik-praktik dan inovasi pembangunan berbasis alam yang sudah diterapkan di daerah lainnya di Kabupaten Sigi.
Ia pun berharap, “muara” dari festival ini adalah pertumbuhan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sigi yang berbasis konservasi.
“Kami meyakini, bahwa ekonomi bukan hanya kerja yang ditujukan untuk mencari profit semata. Tapi juga menjaga alam dan masyarakat. Bahwa ekonomi juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti budaya, kuliner, tradisi, seni, dan potensi lingkungan sekitar, agar ekonomi, masyarakat, dan lingkungan bisa selaras dan bisa tumbuh lebih baik,” tambahnya.
Berbagai rangkaian kegiatan pada Festival Lestari 5, kata Irwan, mendorong munculnya inovasi-inovasi yang dapat memantik pergerakan ekonomi masyarakat ke arah lebih baik.
Selain itu, rangkaian kegiatan sekaligus menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya memepertimbangkan kelestarian alam dalam rencana pembangunan daerah.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Ma’mun Amir yang juga menyatakan sambutan positif atas digelarnya Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi.
Ia menilai, Kabupaten Sigi dapat menjadi contoh kekompakkan antara pemerintah kabupaten (Pemkab) dan pemerintah provinsi (Pemprov) dalam menyusun visi pembangunan yang mempertimbangkan pelestarian lingkungan.
Pemprov Sulawesi Tengah, katanya, memberi keleluasaan kepada Pemkab untuk mengundang investor masuk ke wilayahnya. Namun, dengan catatan bahwa investasi tidak bersifat ekstraktif dan tidak mengganggu lingkungan.
Ia berharap, festival yang digelar di Kabupaten Sigi ini bisa menjadi peta jalan bagi konsep pembangunan berwawasan lingkungan di setiap daerah.
“Ini memang tidak bisa kita lakukan sendiri, tetapi dengan kerja gotong royong. Saya berharap ini bisa berjalan dengan baik,” harap Wagub Ma’mun.
Langkah visioner
Penulis | : | Sheila Respati |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR