Penyerahan wilayah ini merupakan salah satu fakta-fakta yang jarang diketahui oleh banyak orang tentang sejarah Mataram Islam.
Penyerahan ini menunjukkan betapa rumit dan dinamisnya hubungan antara Mataram dan VOC, yang tidak selalu bersifat bermusuhan, tetapi juga saling membutuhkan dalam situasi tertentu.
Penyerahan ini juga menggambarkan betapa rapuhnya kekuatan politik Mataram setelah masa keemasan Sultan Agung.
Penyerahan wilayah ini menjadi awal dari proses perpecahan Mataram Islam menjadi dua kerajaan yang lebih kecil, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Proses ini berlangsung hingga abad ke-18, ketika VOC berhasil memecah belah Mataram dengan cara mendukung salah satu pihak dalam konflik suksesi.
Dengan demikian, penyerahan wilayah ini dapat dikatakan sebagai titik balik dalam sejarah Mataram Islam.
Perpecahan Mataram Islam tidak berhenti sampai di situ.
Pada tahun 1813, sebagian wilayah Kesultanan Yogyakarta diserahkan kepada Paku Alam, yang diangkat sebagai adipati oleh pemerintah kolonial Inggris.
Hal ini terjadi setelah Sultan Hamengku Buwono II digulingkan oleh Thomas Stamford Raffles karena dianggap terlibat dalam pemberontakan Pangeran Diponegoro.
Dengan demikian, Mataram Islam yang dahulu merupakan kerajaan yang besar dan kuat pada masa Sultan Agung, akhirnya terpecah-pecah menjadi empat kerajaan yang lebih kecil, yaitu:
1. Kesultanan Yogyakarta, yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono III dan para penerusnya.
Baca Juga: Kisah Nyi Ageng Serang, Perempuan Ningrat dari Mataram Islam yang Menentang Kolonialisme
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR